MEDAN – Aksesibilitas Sumatera terus digas Kemenpar. Semua kekuatan dibedah. Semua potensi ikut dipetakan. Dari hulu hingga hilir, semuanya dibahas pada Focus Group Discussion (FGD) Fasilitasi Aksesibilitas Transportasi Sumatera Utara di Grand Mercure Hotel, Medan, Kamis (9/5).
Staf Khusus Menteri Bidang Infrastruktur Pariwisata, Kemenpar Judi Rifajantoro mengatakan, pertumbuhan kunjungan wisman melalui Bandara Kualanamu kurang maksimal. Menurutnya, Bandara Kualanamu harus bisa menarik wisatawan mancanegara memanfaatkan bandara-bandara hub yang ada di sekitarnya seperti Changi Singapura, KLIA Malaysia, dan Bandara Hongkong yang saat ini sudah terhubung ke Kualanamu Medan.
“Saat ini Bandara Kualanamu masih kategori destination airport, idealnya memang bisa menjadi bandara hub. Namun untuk jangka pendek, bisa memanfaatkan bandara-bandara hub di sekitar. Salah satunya dengan menggandeng travel agent dan airlines yang ada di Singapura, Malaysia dan Hongkong,” ujar Judi Rifajantoro.
“Kapasitas Bandara Kualanamu masih cukup banyak tersedia. Kondisinya, dari kapasitas seat penerbangan internasional yang ada saat ini di Kualanamu hanya terisi oleh 20% wisman (inbound), sementara wisatawan nasional (outboud) justru mengisi 80 persennya. Artinya kunjungan wisman harus bisa ditingkatkan. Paling tidak komposisinya 50:50 persen lah,” kata Judi.
Diungkapkannya, ada beberapa contoh bandara yang kapasitas seat internasionalnya didominasi kunjungan Wisman, yaitu di antaranya Bandara DPS, MDC, dan JOG. Sedangkan yang didominasi Wisnas, di antaranya yaitu Bandara CGK, SUB, KNO.
“Mengingat pentingnya peran aksesibilitas udara dalam upaya untuk menarik lebih banyak wisman, Kemenpar telah mengembangkan strategi pemasarannya melalui 9 strategic weapons, yang 3 di antaranya berkaitan dengan akses-udara, yaitu Incentive Access, Tourism Hub, dan Low Cost Carrier Terminal,” tambah Judi.
Secara geografis, lanjut Judi, Bandara Kualanamu memiliki peluang dikembangkan menjadi International Tourism HUB di Indonesia. Namun untuk mewujudkannya butuh perencanaan yang seksama dan waktu jangka panjang.
“Untuk menjadi Bandara hub internasional, Kualanamu harus memenuhi tiga syarat. Yaitu kapasitas yang cukup untuk melayani penumpang originasi, destinasi dan transit; fasilitas pelayanan sebagai bandara transit yang memadai; serta letak geografis yang sesuai dengan kebutuhan pasar. Untuk kapasitas dan fasilitas Kualanamu tentunya harus dibenahi dan dikembangkan, namun untuk secara letak geografis sudah cukup memadai,” ungkap Judi.
Judi pun mengusulkan beberapa usaha yang perlu dilakukan dalam rangka meningkatkan kunjungan wisman ke Sumatera Utara. Antara lain sinergi konektivitas udara antar bandara Kualanamu (KNO) sebagai pintu masuk internasional utama, dengan Bandara Silangit (DTB), Bandara Binaka (GNS) dan Bandara Pinangsori (FLZ); bersamaan dengan upaya untuk memperkuat promosi atraksi unggulan Sumatera Utara di pasar-pasar utama wisman yang terhubung ke bandara KNO dan DTB sebagai akses internasionalnya,” tambah Judi.
Selain itu, diperlukan adanya kerjasama terpadu antar sektor perhubungan, darat, perairan, Pemda, airlines, industri pariwisata dan perwakilan asing di Sumut untuk memasarkan Kualanamu sebagai tourism hub.
Koneksi dan pelayanan transportasi dengan memperhatikan integrasi antar moda merupakan kunci keberhasilan konektivitas dari Kualanamu ke seluruh destinasi. Berbagai airlines sudah memiliki rute internasional (Silk Air, Garuda Indonesia, Airasia, Malaysia Airlines, Cathay Dragon, Jetstar Asia) dan Garuda Indonesia Group sudah ada rencana menjadikan KNO sebagai airport hub.
Asisten Deputi Bidang Perancangan Infrastruktur dan Ekosistem Kemenpar Indra Ni Tua juga seirama. Baginya, penguatan konektivitas udara sudah harus on. Apalagi, Indonesia sudah meraih tiga penghargaan Destinasi Terindah tingkat dunia. Yang pertama
Bali : The Best Destination in the World versi TripAdvisor, April 2017. Setelah itu Indonesia Top Ten Countries Best in Travel versi Lonely Planet, November 2018. Berikutnya Indonesia peringkat ke-6 Negara terindah di Dunia versi Rough Guides, Januari 2019,” ujar Indra.
Tak hanya itu, Indonesia juga meraih peringkat 1 Pertumbuhan Pariwisata Tercepat di Asia Tenggara. “Peringkat tiga Pertumbuhan Pariwisata Tercepat di Asia serta peringkat 9 Pertumbuhan Pariwisata Tercepat di Dunia,” tambahnya.
Sementara, Asdep Pengembangan Destinasi Regional I, Kemenpar Lokot Ahmad Enda memaparkan, target Wisman di Sumatera Utara Tahun 2019 adalah sebesar 1 juta. Sedangkan target wisnus sebesar 10 juta. Terkait pengembangan homestay sudah dilakukan bersama dengan Akpar Medan. Lokasinya di Muara, Cibandang dan sekitar Danau Toba.
“Adapun dukungan atraksi yang dilakukan di Kawasan Danau Toba, berupa Penyusunan Paket Wisata Wonderful Hutatoba, Penyusunan Story Telling, dan Disersivikasi Produk Arung Jeram dari Aek Silang,” sebut Lokot.
Pemaparan Asdep Pengembangan Pemasaran I Regional I Dessy Ruhati juga angkat bicara. Dalam rangka mewujudkan Sumatera Utara dan Danau Toba menjadi destinasi dunia, harus menggunakan global standard. Danau Toba termasuk dalam salah satu dari total 22 KSPN (Kawasan Strategis Pariwisata Nasional).
Salah satu bentuk sinergitas yang telah dilakukan BPOPDT dengan Pemda untuk mengembangakan Danau Toba sebagai destinasi dunia adalah melalui launching “Nomadic Tourism Toba Kaldera”. Agar destinasi pariwisata dipilih oleh wisatawan, diperlukan suatu keunggulan bersaing (competitive advantages),” paparnya.
Salah satu bentuk yang dapat diterapkan di Sumatera Utara adalah life style tourism di Thailand berupa Fun Run, dan health & beauty tourism seperti penawaran paket Spa.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengaku setuju dengan gagasan penguatan bandara nasional sebagai hub penerbangan Indonesia dengan negara-negara di Asia Tenggara. Khususnya Bandara Internasional Kualanamu di Medan sebagai hub penerbangan antara wilayah barat Indonesia dengan negara-negara di Asia Tenggara. Pemerintah Pusat bersama dengan para stakeholder akan terus mendorong KNO agar menjadi tourism hub di Indonesia.
“Setuju sekali itu, sangat setuju. Misalkan Kualanamu dari barat dijadikan hub, kami setuju. Sebelah utara Manado kita jadikan hub di sana sangat setuju dan sangat mendukung. Jadi kalau itu bisa terjadi itu sangat bagus. Kualanamu di barat , utara Manado, Timur Bali lah, selain Jakarta tentunya, karena kalau capital city itu pasti akan jadi hub,” ujar Menpar Arief Yahya.
Menpar Arief Yahya menilai, untuk mewujudkan hal tersebut, harus dilakukan langkah-langkah penguatan. Menurutnya, salah satu faktor yang perlu diperkuat adalah maskapai penerbangan nasional.
“Tentu harus kita mulai dengan national air carrier dulu. Kita membuat penerbangan sebanyak mungkin di sana, yang paling mudah mungkin menjadikan kalau dia lebih dari satu terminal, salah satunya LCCT (low cost carriet terminal). Karena dengan LCCT akan menekan biaya operasional di bandara separuhnya,” pungkas Menpar Arief Yahya.