BANDUNG – Munculnya berbagai rencana pembangunan infrastruktur di Kabupaten Bandung Barat diperkirakan bakal menjadi magnet bagi para investor. Salah satunya terlihat dari hadirnya peritel besar asal Swedia yang menanamkan investasi senilai Rp 1,4 triliun di Padalarang.
Hal ini diamini Kepala Bidang Perencanaan Pengembangan Iklim dan Promisi pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu KBB Dadang Dahyar. Menurutnya, berbagai rencana pembangunan infrastruktur, seperti cable car, kereta cepat, dan pembukaan destinasi wisata baru memicu datangnya investor.
“Kehadiran para investor tentunya juga diharapkan bisa meningkatkan perekonomian masyarakat,” katanya, Rabu (17/4).
Dia menuturkan, kehadiran peritel asal Swedia, IKEA diprediksi bisa mendatangkan ribuan orang ke Bandung Barat. Hal itu bisa menjadi peluang untuk mempromosikan potensi-potensi unggulan daerah, sehingga bisa menarik lebih banyak investor di sektor lainnya.
Menurut Dadang, sejauh ini promosi investasi dilakukan dengan mengikuti pameran-pameran di tingkat nasional. Melalui kegiatan itu, Pemkab mempromosikan potensi unggulan dari setiap dinas.
Dia mencontohkan, potensi pariwisata di Bandung Barat dipromosikan dengan menampilkan beberapa objek wisata serta berbagai bunga khas dari Desa Cihideung, Kecamatan Parongpong. Dari Dinas Pertanian, ditampilkan produk-produk pertanian, seperti kopi. Sementara dari Dinas Perdagangan, dipromosikan produk-produk UMKM.
Dari berbagai promosi yang dilakukan, lanjut dia, pariwisata di Bandung Barat sering menjadi perhatian. Pengunjung tertarik dengan keindahan alam, seperti di Curug Malela serta beberapa objek wisata di Lembang.
“Jika ada yang tertarik untuk berinvestasi, langsung kami hubungkan dengan dinas terkait. Sebab, tugas kami hanya mempromosikan,” tuturnya.
Sementara itu, Bupati Bandung Barat Aa Umbara Sutisna menegaskan, pemerintah daerah terbuka terhadap para investor. Asalkan, mereka mematuhi aturan yang berlaku dengan menempuh berbagai prosedur, seperti perizinan.
Sejauh ini, banyak investor yang tertarik untuk membangun tempat wisata di Lembang dan sekitarnya. Selain itu, pembangunan perumahan juga banyak diminati investor.
“Yang mau berinvestasi, silakan. Kami tidak akan persulit izin selama aturan ditempuh. Misalnya untuk membangun di Lembang, itu terikat dengan aturan KBU (kawasan Bandung utara). Itu silakan jalani prosedurnya,” ujar Umbara.
Sementara itu Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, sektor pariwisata saat ini telah ditetapkan menjadi core ekonomi bangsa. Pertumbuhannya semakin meroket dengan dukungan infrastruktur yang terus berkembang pesat.
Hal ini jelas memacu pertumbuhan investasi di sektor pariwisata. Pariwisata makin terlihat seksi dimata investor. Hingga kuartal I tahun 2018, nilai realisasi investasi pariwisata sudah mencapai 21,67% atau US$ 433,5 juta. Padahal target tahun ini hanya sebesar US$ 2.000 juta.
Dengan pertumbuhan yang besar, dipastikan pariwisata akan menjadi sumber devisa terbesar Indonesia. Alasannya cukup jelas. Indonesia memiliki potensi pariwisata yang sangat luar biasa. Untuk itu investasi di sektor pariwisata jelas akan menguntungkan.
“Jadi investasi di Indonesia, di pariwisata pasti bikin untung. Pariwisata merupakan salah satu leading sector di Indonesia. Komitmenya jelas. Potensinya berlimpah. Apalagi saat ini investor asing telah banyak yang melirik. Jadi investor lokal kalau masih ragu berinvestasi di sektor pariwisata ya rugi. Masuk sekarang sebelum terlambat,” ujar Menteri Pariwisata Arief Yahya. (*)