KUKAR – Tenggarong International Folk Arts Festival (TIFAF) 2019 tak hanya menjadi ruang aktualisasi seniman. Kegiatan tahunan ini ternyata juga memantik semangat generasi muda setempat untuk ikut mempelajari seni budaya lokal.
Bupati Kutai Kartanegara Edi Damansyah mengatakan, sejak event ini digelar pertama kali, sanggar-sanggar tari mulai sibuk melatih talent-talent baru. Banyak anak-anak usia sekolah dasar dan menengah pertama yang mendaftar untuk berlatih seni tari. Tentu saja, ini menjadi angin segar karena budaya harus dilestarikan.
“TIFAF menjadi referensi anak muda untuk belajar seni tari. Bisa jadi, semangat mereka terpicu saat melihat atraksi-atraksi tarian yang ditampilkan delegasi negara lain. Mungkin mereka merasa tertantang. Jika orang asing bisa tampil memukau, kenapa kita tidak? Karena itu, kreativitas seni tari di Kukar makin berkembang dalam beberapa tahun terakhir,” ujarnya, Selasa (24/9).
Edi Damansyah menambahkan, TIFAF digelar untuk umum dan terbuka untuk siapa saja. Bukan hanya untuk penari lokal dan luar negeri, tetapi juga untuk penari daerah-daerah lain di Indonesia. Jumlah tarian yang dibawakan pun tidak dibatasi.
“Ini juga yang membuat anak-anak muda Kukar tergerak untuk berkreasi dalam seni tari. Sebab, delegasi luar negeri bisa membawakan hingga lima judul tarian sekali tampil. Jika ditotal selama TIFAF berlangsung, tentu banyak tarian yang dibawakan. Rasanya malu sekali kalau tuan rumah hanya membawakan beberapa tarian saja,” ungkapnya.
Ketua Pelaksana Calendar of Event (CoE) Kemenpar Esthy Reko Astuty menjelaskan, TIFAF 2019 adalah masa penyesuaian dari gelaran tahun-tahun sebelumnya. Jika dulu kegiatan ini digelar dalam waktu bersamaan dengan Pesta Adat Erau, kali ini diselenggarakan secara bergilir. Selain itu, waktunya juga mundur, dari bulan Juli menjadi September.
“Memasuki tahun ketujuh, pelaksanaan TIFAF sudah semakin matang. Hanya saja, tahun depan harus lebih banyak peserta, sehingga kegiatan lebih meriah. Karenanya, promosi perlu ditingkatkan,” kata Esthy, didampingi Tim CoE Kemenpar wilayah Kalimantan Tazbir Abdullah.
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani mengapresiasi segenap panitia yang sudah bekerja keras demi suksesnya pelaksanaan TIFAF 2019. Menurutnya, kemasan acara sudah cukup baik, dengan menampilkan gelaran lain seperti Expo Kukar dan lomba-lomba permainan tradisional, salah satunya gasing.
“Lomba permainan tradisional diikuti semua delegasi, dan ini akan menjadi hiburan yang menarik untuk mereka. Ini bisa dipertahankan karena permainan tradisional menjadi bagian dari budaya,” ucapnya.
Menteri Pariwisata Arief Yahya menuturkan, budaya bukan hanya menjadi daya tarik bagi sektor pariwisata, tetapi juga bisa menjadi sarana untuk memperkuat hubungan baik antar negara. TIFAF sudah membuktikan itu. Dengan semangat yang sama yakni mengenalkan dan melestarikan budaya, kegiatan yang awalnya hanya skala daerah pun naik ke taraf internasional.
“TIFAF menjadi salah satu event CoE kebanggaan Indonesia. Berkat acara ini, Tenggarong dikenal hingga mancanegara. Banyak turis datang, dan itu tidak berhenti sampai di sini. Saya yakin, selama ada CEO Commitmen, TIFAF akan semakin besar,” tegasnya.(***)