JAKARTA – Kementerian Pariwisata kembali memperlihatkan kepeduliannya terhadap dua destinasi utama di Indonesia, Taman Nasional Komodo dan Labuan Bajo. Buktinya, ekosistem yang berada disekitar destinasi itu akan dikembangkan. Hal ini akan dibahas dalam Focus Group Discussion (FGD) Pengembangan Wisata Alam di TN Komodo dan Labuan Bajo. Rencananya, FGD akan dilangsungksan 7 Mei mendatang, di La Prima Hotel, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur.
Menurut Ketua Tim Percepatan Pengembangan Ekowisata Kementerian Pariwisata David Makes, tema yang diangkat untuk event ini adalah “Penyatuan Persepsi Arah Pengembangan Wisata Alam di Taman Nasional Komodo dan Labuan Bajo untuk 5 (lima) Tahun Kedepan”
“Kita sudah sama-sama mengetahui jika pariwisata merupakan sektor unggulan Indonesia. Sektor yang diharapkan mampu menjadi pengungkit perekonomian makro secara konkrit. Oleh karena itu, kita melakukan berbagai upaya untuk menarik minat wisatawan. Karena imbasnya bisa dirasakan langsung masyarakat. Salah satu cara yang kita ambil adalah memaksimalkan potensi destinasi seperti Taman Nasional Komodo dan Labuan Bajo,” papar David Makes, Rabu (1/5).
Menurutnya, hal ini juga menjadi bagian dari upaya mendukung realisasi target 20 juta kunjungan wisatawan mancanegara di tahun 2019. Apalagi, TN Komodo dan Labuan Bajo termasuk destinasi utama di Indonesia.
“Hal tersebut tentunya bukan merupakan tugas yang mudah. Perlu kita sadari kondisi potensi sumber Daya Wisata Alam yang melimpah di Indonesia, belum diimbangi dengan faktor-faktor pendukung lainnya yang memadai. Seperti, infrastruktur dasar sarana prasarana wisata (aksesibilitas, amenitas), Sumber Daya Manusia di bidang pariwisata, serta regulasi dan kebijakan dari pemerintah daerah serta pusat. Hal ini terkadang masih perlu di sinergiskan dengan situasi dan kondisi aktual dilapangan,” paparnya.
Sedangkan Asdep Pengembangan Wisata Alam dan Buatan Kemenpar Alexander Reyaan, mengatakan salah satu lokasi di Indonesia yang memiliki potensi Sumber Daya Wisata Alam yang tinggi adalah Taman Nasional Komodo. Namun, itu pun masih perlu dioptimalkan.
“TN Komodo merupakan kawasan perlindungan alam yang yang mempunyai ekosistem asli. Serta, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatakan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi,” katanya.
Ditambahkan Alex, TN Komodo memiliki beberapa obyek daya tarik utama. Diantaranya, keindahan ekosistem padang savana, keanekaragaman hayati biota laut, serta keanekaragam flora dan fauna.
“Namun, yang paling menarik adalah taman nasional ini merupakan habitat asli hewan Komodo (Varanus komodoensis) yang tergolong langka dan termasuk dalam kategori endangered species menurut IUCN,” paparnya.
Sedangkan Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan Ni Wayan Giri Adnyani menambahkan, Potensi Obyek Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) tersebut menjadikan kawasan TNK sebagai salah satu kawasan yang dapat dikembangkan kegiatan wisata alamnya. Namun, harus sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Karena, muaranya adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar, serta secara makro nya adalah peningkatan pendapatan negara.
“Dalam hal optimaliasi tersebut, diperlukan sinergitas dari para pihak pemangku jabatan terkait. Agar, terjadi penyatuan persepsi serta saling mendukung dan menguatkan guna menciptakan integrated sustainable tourism development di Kawasan Taman Nasional Komodo, dan Labuan Bajo sebagai kawasan penyangga,” katanya.
Oleh karena itu, FGD ini akan mempertemukan stakeholder, khususnya yang terkait pengembangan pariwisata alam di Taman Nasional Komodo dan Labuan Bajo.
“Dalam acara ini, para stakeholder dapat berdiskusi mengenai arah serta tujuan dalam perencanaan pengembangan pariwisata alam di lokasi Obyek Daya Tarik Wisata Alam tersebut dalam skala pendek (5 tahun) yang sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku,” paparnya.
Menteri Pariwisata Arief Yahya juga berharap Taman Nasional Komodo dan kawasan Labuan Bajo dapat dimaksimal.
“Taman Nasional Komodo dan Labuan Bajo adalah destinasi tingkat dunia. Banyak selebriti dan tokoh dunia yang mampir ke sana. Atau penasaran ingin berkunjung. Tentu kita harus optimalkan. Agar wisatawan bisa terus merasa nyaman,” paparnya.
Bukan hanya itu, Menpar juga berharap pengembangan destinasi tersebut bisa menguntungkan juga buat masyarakat sekitar.
“Keunggulan pariwisata adalah bisa dirasakan langsung masyarakat. Impactnya langsung ke masyarakat. Oleh karena itu, pengembangan juga harus memikirkan masyarakat sekitar,” paparnya.(*)