Condé Nast Traveller 2019 Timur Tengah Pilih Bali sebagai Destinasi Favourite

JAKARTA – Reputasi pariwisata Indonesia kembali meroket. Giliran Condé Nast Traveller 2019 Timur Tengah memberikan awards untuk Bali, sebagai Favourite Adventure Destination buat wisatawan asal Timur Tengah 2018-2019. Pilihan itu dihimpun dari pembaca majalah dan digital media yang memiliki 20 merek dan berkantor pusat di New York Amerika Serikat itu.

Penghargaan itu diterima dengan bangga pada 27 Februari 2019 lalu di Dubai, Uni Emirate Arab (UAE). Oleh VITO – Visit Indonesia Tourism Officer Timur Tengah, Nour Aridi, awards itu diserahkan ke Menpar Arief Yahya, di sela-sela VITO Annual Meeting di Radisson Batam, 10 April 2019.

Awards itu menambah koleksi penghargaan pada pariwisata Indonesia di mata dunia. Reader choices adalah metode menjaring opini publik melalui netizen dan saat ini dinilai paling fair. Karena user genetaring content, pemilih bebas menentukan vote, tidak dipengaruhi oleh campur tangan manusia lagi.

“Terima kasih Condé Nast Traveller Middle East. Sudah memilih Bali sebagai destinasi adventure yang paling favourit untuk market Timur Tengah!” aku Menpar Arief Yahya, sambil menegaskan lagi, bahwa penghargaan dunia oleh media yang bonafide, terpercaya, seperti ini penting untuk memperkuat branding Wonderful Indonesia.

Menpar Arief ingin menjelaskan lagi kepada publik bahwa branding itu long investment. Pengaruhnya jangka panjang. Advertising itu jangka menengah, dan selling itu jangan pendek. Jadi jangan mempertentangkan prestasi branding dengan selling.

“Jangan menanyakan, impact langsung dari penghargaan itu apa? Jumlah wisman dari Timur Tengah apa langsung bertambah signifikan? Itu pertanyaan selling, sedangkan ini capaian di branding. Jaka Sembung naik ojek, nggak nyambung jack. Framework stratagi promosi kita itu BAS, Branding, Advertising, Selling, masing-masing punya target yang berbeda!” jelas Arief Yahya.

Menpar Arief bangga dengan penghargaan itu. Dia selalu menyebut 3C, Calibration, Confidence, Credibility. Calibration itu sudah melalui saringan kriteria yang berstandar global, semua negara disaring dengan metode yang sama. “Dan kita lolos! Ini juga semakin mengkonfirmasj bahwa natural resources dan cultural resources kita selalu top 20 in the world,” ujar Arief Yahya.

Confidence artinya kepercayaan diri yang naik. Penghargaan itu secara internal memberi keyakinan diri bahwa Indonesia memang hebat dan berkelas dunia, bangsa ini bangsa pemenang. Bukan bangsa pecundang.

Credibility, artinya secara eksternal, awards itu membuat bangsa-bangsa lain, customers kita, travellers semakin percaya akan keunggulan Indonesia. Klaim kepercayaan dari orang lain ini value nya tinggi.

Ini juga semakin menguatkan bahwa produk yang baik, dipromosikan dengan tepat, akan menghasilkan impact yang bagus. Pesona Bali kalau dari sisi produk destinasi bagus, services nya juga bagus, maka meskipun positioningnya bukan wisata halal, tetapi tetap dipilih travellers Timur Tengah justru Bali, yang Wisata Budaya dan Alam.

Condé Nast Traveller adalah sebuah situs web majalah yang menampilkan ragam destinasi pariwisata di seluruh dunia. Condé Nast Traveller juga menjadi panduan perjalanan wisata, fotografi. Perusahaan ini kerap memberikan penghargaan bagi tempat-tempat wisata terfavorit.

Condé Nast Traveller mengklaim memiliki 164 juta pembaca, dengan 20 media cetak dan digital yang berdiri sejak tahun 1909.

Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran II Kemenpar Nia Niscaya bangga dengan penghargaan ini. Sebab, peminat pariwisata Bali bukan hanya turis Asia, Amerika, atau Eropa. tetapi juga dari Timur Tengah yang mayoritas Muslim.

Dijelaskan Nia, sebagai destinasi berkualitas dunia, Bali ramah untuk siapa saja. Termasuk wisatawan muslim.

“Memang ada wisata yang kita kenal sebagai wisata halal. Tapi yang harus kita semua pahami, wisata halal itu tidak melulu mengenai agama. Wisata halal adalah mengenai gaya hidup. Dan Bali sangat ramah buat siapa saja, termasuk wisatawan muslim. Siapa pun yang datang, akan merasakan kehangatan itu,” katanya, Rabu (10/4).

Menurut Nia, sebuah destinasi wisata bisa dikatakan halal berkembang lebih baik jika memenuhi karakter ‘family friendly’. Yang terpenting dalam karakter ini ada dua hal, yaitu makanan halal dan menyediakan fasilitas ibadah (shalat). Selebihnya adalah service of excellen atau pelayanan yang baik.

“Jadi sekali lagi, wisata halal adalah mengenai gaya hidup. Dan Bali mampu memenuhi semua kebutuhan itu,” paparnya.

Penghargaan buat Bali sekaligus memperkuat posisi Indonesia yang semakin berjaya di sektor wisata halal. Tahun ini, Wonderful Indonesia bersanding ketat dengan Malaysia pada peringkat 1 Global Muslim Travel Index (GMTI).

Wisata halal telah menjadi tren global yang sangat menjanjikan saat ini dan masa depan. Sejak tahun 2000 hingga 2020, GMTI menghitung jumlah wisatawan muslim dunia terus tumbuh 27% per tahun.

Dan diprediksi akan mencapai 158 juta dengan total belanja 3.080 triliun. Angka pertumbuhan ini jauh melampaui pertumbuhan wisatawan dunia sebesar 6,4% per tahun versi WTTC (2018).

“Pesatnya pertumbuhan pariwisata halal global juga diraih Indonesia. Pertumbuhan pasar pariwisata halal Indonesia pada tahun 2018 mencapai 18%. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara muslim mencapai 2,8 juta dengan raihan devisa lebih dari Rp40 triliun,” ungkapnya.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menyatakan, wisata halal berbeda dengan wisata religi. Seorang Muslim bisa saja melakukan perjalanan wisata halal ke daerah yang basic-nya bukan Islam. Ini lebih ke arah gaya hidup.

“Kementerian Pariwisata akan terus mendorong berkembangnya destinasi pariwisata halal lainnya. Semakin banyak pilihan destinasi, akan memperkuat posisi daya saing pariwisata halal Indonesia,” jelasnya.

Tahun ini, Kemenpar menargetkan pariwisata halal dapat menyumbang sedikitnya 5 juta wisatawan mancanegara. Jumlah tersebut meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya ditarget sebanyak 2,6 juta wisman. Sedangkan target pertumbuhan pariwisata halal Indonesia yakni sebesar 42%, sejalan dengan tumbuhnya halal tourism dunia yang signifikan.

“Tahun ini merupakan tahun kedua penerapan standar global GMTI dalam menilai kinerja destinasi pariwisata halal unggulan Indonesia. Sebanyak 10 destinasi pariwisata unggulan Indonesia dinilai menggunakan standar ini. Yaitu Lombok, Aceh, Jakarta, Sumatera Barat, Yogyakarta, Jawa Barat, Riau, Kepulauan Riau, Malang Raya, Jawa Tengah, serta Makassar dan sekitarnya,” pungkasnya.(*)

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You may use these HTML tags and attributes:

<a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>