SUNGAILIAT – Bangka Culture Wave (BCW) 2019 sudah resmi dibuka. Buat kalian para pemburu souvenir, inilah saat yang tepat untuk mendapatkan Cual, yaitu kain tenun khas Bangka. Cual juga direkomendasikan sebagai cenderamata utama Bangka Culture Wave 2019.
BCW 2019 digelar 2-7 April, di De’Locomotief, Pantai Wisata Tongaci, Sungailiat, Bangka. BCW menjadi momen mengangkat Cual. Kain tersebut memiliki prinsip ‘celupan benang pada proses awal’. Pada awal perkembangannya di tahun 1700-an, Cual terkenal sebagai Limar Muntok
“Kami terus melestarikan Cual beserta motif-motif khasnya. Kami memiliki banyak koleksi Cual dan mengembangkannya melalui industri. Sebab, Cual harus terus lestari dan diwariskan kepada generasi berikutnya. Ada banyak filosofi yang terkandung dari Cual,” ungkap Owner Museum & Galeri Kain Cual Ishadi Isnawaty Hadi, Selasa (2/4).
Cual adalah karya tak ternilai. Beberapa motif bahkan menggunakan benang sutera plus benang emas 18 karat. Konsep ini selalu ditemui pada motif Burung Hong, Naga Bertarung, Kembang Gajah, hingga Bunga China. Burung Hong menjadi mitologi Tiongkok. Sebuah metafora melalui sifat utama manusia. Kepala menjadi simbol kebajikan, lalu sayap diterjemahkan sebagai tanggung jawab.
Untuk punggung Burung Hong digambarkan perbuatan baik. Dada burung yang juga dikenal sebagai Phoenix menggambarkan kemanusiaan. Phoenix juga menjadi representasi simbol dalam daur hidup manusia.
“Ciri utama dari Cual adalah menggambarkan flora dan fauna. Biasanya abstrak. Yang jelas ada makna dari sebuah pembelajaran hidup manusia,” kata Isnawaty lagi.
Pesan besar juga disampaikan motif Naga Bertarung. Sama seperti Phoenix, Naga juga menjadi mitologi. Naga dianggap memiliki kedudukan tertinggi sebagai pelindung menurut kepercayaan Tiongkok. Motif Naga Bertarung menjadi gambaran perjuangan hidup manusia. Perjalanan untuk meraih kehormatan dan menjadi pelindung bagi sesama yang membutuhkannya.
“Cual menjadi identitas Bangka. Nilai historisnya sangat luar biasa. Mengenal Cual melalui BCW 2019 tentu menjadi experience terbaik. Wisatawan bisa mendapatkan banyak pengetahuan baru dari sebuah Cual. Bila berkunjung ke BCW 2019, silahkan eksplorasi nilai eksotis dari Cual ini,” terang Staf Khusus Menteri Bidang Multikultural Kemenpar Esthy Reko Astuty.
Mengacu koleksi Museum & Galeri Kain Cual Ishadi, Cual memiliki sekitar 17 motif. Selain 4 motif itu, ada juga motif Bebek, Bebek Setaman, Kembang Cempaka (Telok), Garuda, juga Kain sarung Kotak. Ada juga Kembang China, Kembang Kecubung, Bunga Kenanga, juga Sumping Garuda. Motif lainnya adalah Kembang Teratai dan Kembang Seroja Lotus.
Seiring waktu, kombinasi motif Cual pun berkembang. Kombinasi motif Cual ini seperti Burung Hong dengan Kembang China. Ada juga Burung Hong kombinasi Kembang Seroja (Lotus), lalu Kupu-Kupu yang digabung dengan Bunga China. Kombinasi lainnya Naga Bertarung Berkandang dengan Bertabur emas. Warna kontemporer muncul motif Kembang Gajah dengan Ombak, lalu Kepiting plus Kerikil.
“Cual adalah warisan luar biasa. Seiring dengan kreativitas yang dimilikinya, Cual akan terus berkembang. Motifnya selalu unik dan menarik. Karakternya sangat kuat. Cual Bangka memiliki potensi besar untuk terus dilestarikan,” lanjut Esthy.
Beragam Cual kuno dari masa silam masih bisa dijumpai di Museum & Galeri Kain Cual Ishadi. Total koleksi Cual kunonya ada 20 jenis dengan rentang usia 150 tahun hingga 200 tahun. Usia Cual tertua ini bermotif Kembang Gajah yang ditenun dengan benang sutera dan emas jantung. Kain ini merupakan turunan dari Demang Abdul Rahman Redjab.
“Cual ini harus menjadi cenderamata saat berkunjung ke BCW 2018 dan Bangka. Kain ini legendaris dan masih bisa dinikmati secara utuh. Kain-kain Cual kuno dengan usia ratusan tahun bahkan masih bisa ditemui. Selain motif, fisiknya Cualnya juga masih sangat bagus,” papar Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani.
Cual kuno lainnya motif Kembang Teratai. Jenisnya berupa selendang dan bahan baku benang sutera dan benang emas kontan. Uniknya, Cual ini memakai tumpal Pucuk Rebung kombinasi Cucuk Celak. Untuk motif Naga Bertarung memiliki usia 150 tahun dengan bahan baku sutera dan emas jantung. Cual ini menggunakan tumpal Pucuk Rebung dengan warna merah rukem kombinasi kuning langsat.
“Kain Cual ini memiliki progress bagus. Apalagi, Cual ini sangat diminati wisatawan dari mancanegara. Pecinta kain Cual juga masih bisa memiliki motif kuno tersebut. Sebab, ada banyak motif Cual ini yang diproduksi ulang di Bangka,” terang Asdep Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional I Kemenpar Dessy Ruhati.
Produksi ulang Cual banyak ditemui di Bangka dengan harga beragam. Banderol ini mengacu bahan baku Cual yang digunakan, seperti benang sutera atau emas. Bahkan koleksi di Museum & Galeri Kain Cual Ishadi, harga ditawarkan pada rentang Rp2,6 Juta hingga Rp20 Juta per lembarnya. Namun, ada juga kain Cual dengan harga ramah plus motif turunan menarik.
“Untuk menghasilkan selembar Cual kadang dibutuhkan waktu berbulan-bulan. Inilah yang membuat Cual berharga, selain motif dan bahan bakunya. Yang jelas, Cual ini adalah warisan yang tidak ternilai. Keberadaan Cual pun semakin menambah kekayaan BCW 2019,” tegas Kabid Pengembangan Pemasaran Area II Asdep Pengembangan Pemasaran I Regional I Kemenpar Trindiana M Tikupasang.
Penikmat Cual bukan hanya dari kalangan lokal. Ada banyak wisman yang berkunjung ke Museum & Galeri Kain Cual Ishadi. Beberapa negara itu diantaranya, Malaysia, Singapura, Jepang, Meksiko, hingga Amerika Serikat.
Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya menerangkan, sudah seharusnya generasi milenial ikut melestarikan keberadaan Cual tersebut.
“Cual memiliki nilai tak terhingga. Ini jadi alah satu bukti kekayaan Bangka dan nusantara. Indonesia tetap destinasi terbaik di dunia. Sebaran ragam atraksi yang ditawarkannya beragam. Aksesibilitas juga amenitas juga luar biasa. Untuk itu, kami berharap generasi muda aktif melestarikan Cual dan warisan budaya lainnya,” tutup Menpar. (*)