We Love Bali Ajak Peserta Lihat dari Dekat Singgasana Raja Karangasem

KARANGASEM – Salah satu destinasi wisata yang menawarkan keindahan budaya Bali adalah Taman Ujung Sukasada yang terletak di Kabupaten Karangasem. Taman Ujung Sukasada merupakan bekas Kerajaan Karangasem. Aura kemegahannya masih terpancar jelas kala kita mengunjunginya. Taman Ujung Sukasada dibangun oleh Raja Karangasem bernama I Gusti Bagus Jelantik.

Taman Ujung Sukasada dibangun pada tahun 1901 dengan nama kolam Dirah yang artinya kolam tempat pembuangan bagi orang yang menguasai ilmu hitam.

Kemudian pada tahun 1909, Raja Karangasem memerintahkan seorang arsitektur Belanda bernama Van Den Hentz dan arsitektur asal Tiongkokbernama Loto Ang untuk mengembangkan kolam Dirah menjadi tempat peristirahatan Raja Karangasem.

Pembangunan Taman Ujung Sukasadajuga dibantu oleh arsitektur orang Bali dari Kerajaan Karangasem. Selain untuk tempat peristirahatan raja, dibangun juga tempat untuk Raja Karangasem bersemedi dan tempat untuk menjamu tamu Kerajaan Karangasem. Pembangunan Taman Ujung Soekasada selesai pada tahun 1921.

Jika Anda berkunjung ke sini, pemandangannya cukup menarik. Di bagian atas terdapat bangunan pilar tanpa atap. Nah dari atas bangunan pilar tanpa atap inilah, kita akan melihat keistemewaan pemandangan yang ditawarkan oleh tempat wisata Taman Ujung Karangasem.

Di arah tenggara, kita akan melihat lautan biru dan Pantai Ujung. Di bagian timur dengan melihat ke bawah, pesona dan keunikan dari arsitektur Taman Ujung Sukasada, akan terlihat. Selain itu dibagian timur atas, anda akan melihat bukit hijau bernama bukit Bisbis.

Di taman Ujung Sukasada terdapat 3 kolam besar yang terdapat dalam satu tempat hanya letak kolam dipisah-pisah. 1 kolam berada di bagian selatan dan 2 kolam berada di bagian utara.

Di tengah kolam bagian selatan terdapat sebuah bangunan yang berada di tengah kolam nama dari bangunan ini adalah Bale Bengong. Bangunan dari Bale Bengong tidak menggunakan dinding.

Kolam yang berada di Utara luasnya lebih besar dari pada kolam yang berada di selatan. Di tengah-tengah kolam di bagian utara terdapat jembatan yang digunakan untuk melintasi kolam.

Ditengah kolam yang dihubungkan oleh jembatan, terdapat bangunan yang dulunya digunakan sebagai tempat peristirahatan raja Karangasem. Karena bagunan peristirahatan raja ini terlihat menggantung, maka masyarakat setempat menyebutnya dengan nama istana gantung.

Arsitektur dari istana peristirahatan Raja Karangasem memiliki keunikan tersendiri, karena penggambungan dari arsitektur Eropa jaman pertengahan dan arsitektur Bali.

Ciri khas dari arsitektur Eropa dapat dilihat dari terdapatnya kaca warna-warni yang terdapat di dinding bangunan peristirahatan raja mirip seperti desain dari gereja yang ada di Eropa.

Dari jendela dalam kamar peristirahatan raja, anda dapat melihat kolam dengan bunga Tujung atau Lotus yang berwarna putih dan merah.

Arsitektur dari taman Ujung Soekasada, saat ini tidak seperti aslinya. Hal ini dikarenakan terjadi berbagai peristiwa sejarah, membuat arsitektur dari taman Ujung Soekasada mengalami kerusakan. Seperti pada peristiwa penjajahan Jepang di Bali. Pagar besi digunakan untuk sejata berperang oleh masyarakat sekitar.

Kerusakan terparah terjadi pada tahun 1963, pada saat gunung Agung (gunung tertinggi di Bali) meletus. Semenjak saat itu, taman Ujung Soekasada, tidak mendapat perawatan.

Pada tahun 2000, Puri Karangsem dan Pemerintah Kabupaten Karangasem melakukan perbaikan tanpa merubah bentuk asli dari Taman Ujung Sukasada Water Palace.

Berutung puluhan media yang tergabung dalam program We Love Bali Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) mengunjungi lokasi bersejarah tersebut. Event We Love Bali diinisiasi untuk membangkitkan kembali sektor pariwisata dan ekonomi kreatif yang terdampak COVID-19.

Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan (Event) Kemenparekraf/Baparekraf, Rizki Handayani menyebut program We Love Bali sebagai bentuk dukungan nyata pemerintah dalam mempersiapkan destinasi wisata di era adaptasi baru. Bali, ia mengungkapkan, memiliki destinasi baik budaya, alam maupun kulinernya yang begitu orisinil.

“Destinasi wisata Bali sudah siap menyambut kehadiran wisatawan dengan basis sertifikasi CHSE. CHSE ini merupakan adaptasi dari permintaan wisatawan di destinasi wisata pada era pandemi ini. Mari selalu kita gaungkan We Love Bali,” ajak dia.

Menurutnya, program Famtrip We Love Bali menyentuh seluruh sisi destinasi wisata di Bali yang tersebar di sembilan kabupaten/kota. Pulau Penyu menjadi salah satu destinasi yang dikunjungi.

“Mengunjungi Pulau Penyu kita dapat melihat lebih dekat dan mendapatkan informasi mengenai penyu. Tentu hal ini menjadi experience unik dan menarik bagi wisatawan. Siapapun akan terkesan, We Love Bali. Semuanya masih terjaga dengan baik. We Love Bali. Untuk itu, silakan datang ke Bali dan eksplorasi seluruh sudut destinasinya. Tidak usah cemas, sebab CHSE menangani COVID-19 dengan baik,” tegas Rizki.

Kepercayaan publik terhadap Bali terus pulih juga seiring penanganan intensif COVID-19 di sana. Apalagi, Bali juga segera menerima distribusi vaksin COVID-19. Sarana prasarana dan instalasi kesehatan di sana sudah menggelar pengujian, simulasi, juga sertifikasi sejak 2 bulan terakhir. Komposisinya ada 12 rumah sakit dan 120 Puskesmas hingga awal Desember 2020. Sebanyak 2,6 Juta warga Bali siap divaksinasi.(*)

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You may use these HTML tags and attributes:

<a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>