MANADO – Pemilukada Serentak 2020 menjadi momentum terbaik masyarakat Sulawesi Utara (Sulut) mendapatkan kembali akses ekonomi dan kesejahteraannya. Harapan tersebut bisa digantungkan pada paslon gubernur/wakil gubernur baru. Apalagi, performa Gubernur Sulut Olly Dondokambey menurun. Ada sekitar 287.640 orang warga Sulut terdampak Covid-19 yang terkatung-katung nasibnya.
Sulut membutuhkan perubahan besar di masa transisi New Normal untuk memulihkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakatnya. Momentum tersebut kini terbuka karena tanggap darurat Covid-19 sepanjang 2020 segera selesai. Perekonomian dunia pun mulai masuk pemulihan pada 2021. Sulut juga akan menjalani Pemilukada Serentak 2020. Artinya, masyarakat Bumi Nyiur Melambai bisa memilih nama baru sebagai pemimpin. Figur dengan visi penuh inovasi untuk menghadirkan perubahan.
“Ada banyak masyarakat di Sulut yang terdampak pandemi Covid-19. Jumlahnya tentunya besar kalau dikomparasi dengan total penduduk Sulut,” ungkap Pjs Kepala Badan Pusat Statistik Sulut Norma Regar.
Nasib miris memang menimpa 287.640 orang masyarakat Sulut. Jumlah tersebut pun menempati slot hampir 14,9% dari total masyarakat Bumi Nyiur Melambai. Dari komposisi tersebut, sebanyak 10.610 orang adalah bukan angkatan kerja. Semakin menyedihkan sebanyak 17.280 orang dalam posisi sama sekali tidak bekerja atau menganggur. Ada juga 234.820 orang mengalami pengurangan jam kerja karena Covid-19.
“Untuk pengangguran riil jumlah totalnya sekitar 24.920 orang. Slotnya sekitar 27,61%. jumlah total pengangguran di Sulut saat ini sekitar 90.250 orang. Angka pengangguran tersebut muncul memang murni karena pandemi Covid-19,” terang Norma lagi.
Lebih lanjut, jumlah masyarakat terdampak Covid-19 tersebar merata di seluruh wilayah Sulut. Untuk zonasi perkotaan, jumlah masyarakat usia kerja terdampak Covid-19 mencapai 17,43%. Slot tersebut jauh lebih tinggi dari masyarakat terdampak di pedesaan yang memiliki jumlah 12,25%. Mengacu pada gender, jumlah slot laki-laki lebih besar 1,7 kali lipat dibanding wanita.
“Semua ikut terdampak Covid-19. Kami berharap semua bisa segera bangkit dari berbagai kesulitan ini. Slot mayarakat terdampak di perkotaan lebih terdampak dari pedesaan,” kata Norma.
Semakin menggurita, akses masyarakat mendapatkan kesejahteraannya dari dunia kerja semakin berat. Sebab, mereka yang masih bekerja juga ikut terdampak Covid-19 melalui pengurangan jam kerja. Ada sekitar 234.820 pekerja yang mengalami penyusutan jumlah kerja. Jumlah tersebut memiliki slot 81,64%. Norma menambahkan, dampak Covid-19 secara ekonomi harus disikapi.
“Dampak Covid-19 ini harus terus disikapi. Semua harus optimistis, lapangan pekerjaan akan tumbuh seiring perbaikan perekonomian global,” lanjut Norma.
Dengan beban berat tersebut, patut disayangkan bila program kerja petahana Olly Dondokambey masih flat. Dalam debat kedua kandidat Pemilukada Sulut 2020, Rabu (11/11), Olly memang berjanji berusaha menurunkan angka kemiskinan. Program strategisnya adalah mengurangi beban jangka pendek dengan bantuan sosial. Ada juga bantuan nelayan, pertanian, dan menjamin nilai tukar petani.
Merujuk strategi tersebut, program bantuan sejatinya hanya bersifat instan. Tidak memberikan impact positif makro jangka panjang. Begitu bantuan habis dalam periode waktu pendek, maka masyarakat kembali dihadapkan kepada kemiskinannya. Bumi Nyiur Melambai tetap membutuhkan program riil dengan basic padat karya. Tujuannya mengembalikan daya beli masyarakat dan memutar roda ekonomi dalam space lebih luas.
Memang, Olly juga berencana akan mengembangkan UMKM dan asuransi pertanian. Pertanyaannya adalah, seberapa besar pasar lokal Sulut mampu menyerap produk yang dihasilkan. Lalu, kemiskinan juga akan diputus melalui kesehatan, pendidikan, hingga bersinergi dengan pemerintah pusat. “Beban jangka pendek harus ditanggulangi. Untuk masyarakat rentan miskin, ada juga program pelatihan keahlian,” cetus Olly.(***)