SEMARANG – Napak Tilas ke 614 Laksamana Cheng Ho di Semarang, Minggu (5/8), terasa istimewa. Dari start sampai finish, tak pernah sepi dari bunyi tetabuhan dan arak-arakan akulturasi budaya Jawa dan Tionghoa. Kelenteng Tay Kak Sie yang menjadi lokasi start full lautan manusia. Hal yang sama terlihat di Kelenteng Sam Poo Kong yang menjadi lokasi finish Festival Cheng Ho 2019.
Kanan-kiri jalan utama juga jauh dari kesan sepi. Meski start dimulai pukul 05.00 Subuh, masyarakat sudah terlihat menyemut di sepanjang jalan. Dari masyarakat lokal, wisatawan Nusantara, sampai wisatawan mancanegara, semua berbaur jadi satu. Antriannya pun mengular panjang hingga sekitar 6 km.
Di lokasi finish, arak-arakan tadi langsung disambut sejumlah pejabat. Dari Kementerian Pariwisata, ada Stafsus Menpar Bidang Media dan Komunikasi Don Kardono. Pemprov Jateng diwakili Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesra. Ada juga Sekda Kota Semarang Iswar Amiruddin, Ketua Yayasan Kelenteng Agung Sam Poo Kong, Mulyadi Setiakusuma dan pengurus Yayasan Kelenteng Besar Tay Kak Sie Tanto Hermawan.
“Saat Festival Cheng Ho 2109 dimulai, Semarang tak ubahnya seperti di negeri cina. Meriah dengan hiasan serba merah ditambah dengan bau hio, lilin raksasa, patung dewa dan pertunjukan Barongsai,” tutur Ketua Tim Pelaksana Calendar of Event Kemenpar Esthy Reko Astuty, Minggu (4/8).
Aroma Tionghoa memang tercium jelas di arak-arakan Festival Cheng Ho 2019.
Ribuan peserta kompak mengenakan baju oriental warna warni. Sebagian ada yang mengenakan motif loreng, motif kerajaan, serta ada yang wajahnya dicoreng-moreng.
Tak hanya arak-arakan saja yang heboh. Beragam kamera videografer, fotografer, sampai blogger tak henti mengabadikan momen persiapan festival Cheng Ho. Dari pukul 02.00 WIB dini hari.
Walikota Semarang Hendrar Prihadi mengatakan, Festival Cheng Ho 2019 adalah momentum luar biasa untuk kota Semarang.
“Ribuan orang rela berjubel di halaman besar Sam Poo Kong, hanya untuk menyaksikan gelaran festival kali ini. Artinya Festival Cheng Ho 2019 telah menjelma menjadi ajang yang diminati juga dinikmati banyak kalangan,” tuturnya.
Saking diburunya, prosesinya terlihat heboh, penuh kesan pecinan. Nyaris tak ada space kosong di rute yang dilewati arak-arakan. Dari mulai Tay Kak Sie – Gg.Warung – Kranggan Timur – Kranggan Barat – Depok – Pemuda – Tugumuda – Soegijapranata (Ps.Bulu) – Jembatan Banjirkanal – Bojongsalaman – Simongan – Sam Poo Kong, full lautan manusia.
Ketua Panitia Festival Cheng Ho 2019 Mulyadi Setiakusuma mengatakan, tradisi ini adalah tradisi lama yang telah mendarah daging. Masyarakat Semarang selalu mengapresiasi ajang ini dengan baik.
“Perayaan Festival Cheng Ho 2019 dapat menarik wisatawan lokal maupun mancanegara. Datang dan hadir di Semarang, sekaligus melihat perpaduan akulturasi budaya Tionghoa dan Jawa di kota ini,” tuturnya.
Kesan yang terasa, Festival Cheng Ho langsung memperkuat Semarang sebagai kota toleransi berbudaya, beragama dan etnik. Event ini juga menginspirasi masyarakat lewat tradisi yang ditampilkan. Dan yang paling penting, message untuk saling menjaga kesatuan Indonesia, dengan keanekaragaman agama dan budaya, tersampaikan dengan baik.
“Event pariwisata seperti ini bisa mendrive pertumbuhan ekonomi di Semarang. Omzet pedagang kaki lima naik, hotel-hotel banyak dibooking tamu. Jadi event itu pasti membawa banyak berkah,” terang Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Standarnya pun masih sangat mungkin dinaikkan levelnya. Dari mulai koreo, aransemen musik, semua masih sangat mungkin diupgrade ke level yang lebih tinggi.
“Kelenteng Sam Poo Kong punya panggung yang sangat luas. Itu bisa dimaksinalkan dengan standar nasional. Secara keseluruhan sudah sangat oke. Ebennha sudah keren,” ungkap Stafsus Menpar Bidang Media dan Komunikasi Don Kardono.
Di mata Menpar Arief Yahya juga sama. Konsepnya dinilaj sangat brilian, mempromosikan keanekaragaman agama dan budaya dari Semarang
Yang membuat Menpar happy, ada semangat Indonesia Incorported yang ditampilkan. Seluruh stake holder bahu membahu turun langsung ke lapangan mempromosikan wow-nya Festival Cheng Ho 2019 dari Semarang.
“Semangat yang harus dijaga adalah Indonesia Incorporated. Bangsa ini harus bersatu, mensinergikan seluruh kekuatan, memperkuat semua lini. Jangan lupa jaga 5C. Creative value, commercial value, communication value, consistency dan CEO Commitment,” tutur Arief Yahya, Menteri Pariwisata RI.