NUSA DUA – Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bali telah selesai melakukan penelitian Destination Field Research (DFR) di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Hal ini sejalan dengan instruksi Menteri Pariwisata. Publikasi DFR digelar dalam bentuk seminar. Sebagai inisiator adalah Program Studi Destinasi Pariwisata (DPW) semester 6 STP Bali. Seminar dilakukan di Gedung Widyatula STP Bali, Kamis (16/5).
Seminar ini berlangsung seru karena topiknya sangat menarik. Yakni “Taman Nasional Bromo Tengger Semeru : Kajian mengenai Partisipasi Masyarakat, Pergerakan Wisatawan, dan Keberlanjutannya”.
“Inilah ‘oleh-oleh’ sebagai balasan atas kepercayaan yang diberikan oleh Kemenpar kepada STP Bali,” ujar Ketua STP Bali Dewa Gede Ngurah Byomantara.
Byomantara menyatakan, kegiatan ini sangat strategis. Karena pemerintah sudah menetapkan kawasan Bromo menjadi prioritas pengembangan pariwisata.
“Kebetulan juga Menteri Pariwisata memberikan kavlingan dalam hal ini. Bahwa, kami STP Bali harus memfokuskan kegiatan terutama dalam kegiatan kajian-kajian dan pengawasan,” ungkap Byomantara
Tidak hanya sampai disitu, STP Bali melihat bahwa pengembangan Pariwisata Bromo, Tengger, Semeru membutuhkan tata kelola destinasi pariwisata yang terpadu dan terintegrasi.
“Untuk mewujudkannya, perlu ada penekanan pelestarian alam dan budaya, serta keterlibatan para pihak yang berkepentingan dalam kegiatan Pariwisata,” pungkas Byomantara.
Ketua Prodi DPW, Luh Yusni Wiarti menyatakan, DFR merupakan kegiatan aplikasi manajemen yang harus ditempuh mahasiswa Prodi DPW pada semester 6 di STP Bali. Mahasiswa harus melakukan penelitian lapangan dengan memiliki locus penelitian di salah satu destinasi dengan topik permasalahan tertentu di bidang kepariwisataan.
Dalam seminar kali ini, terdapat 3 topik yang dipaparkan berdasarkan penelitian yang dilakukan mahasiswa. Pertama, Pola Pergerakan Wisatawan yang Mengunjungi Destinasi Wisata Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
Kedua, Persepsi dan Pastisipasi Masyarakat Lokal Dalam Pengembangan Pariwisata Di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Provinsi Jawa Timur. Dan ketiga, Studi Taman Nasional Bromo Sebagai Destinasi Pariwisata Berkelanjutan.
Menurut Luh Yusni Wiarti, persepsi masyarakat lokal terhadap pengembangan pariwisata di Taman Nasonal Bromo Tengger Semeru secara umum positif. Pada bidang ekonomi masyarakat telah memperoleh manfaat optimal dengan adanya kegiatan pengembangan pariwisata seperti meningkatnya kesejahteraan keluarga.
“Pada bidang sosial dan budaya, masyarakat telah memperoleh manfaat yang optimal. Seperti adanya perubahan terhadap pola perilaku masyarakat dari tertutup ke terbuka. Sementara soal partisipasi masyarakat dari hasil kajian ini menunjukkan lebih bersifat spontan selain berdasarkan pada kesadaran sendiri,” papar Yusni.
Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan Kemenpar, Ni Wayan Giri Adnyani mengatakan, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru adalah salah satu destinasi unggulan Kemenpar. Karena itu, berbicara tentang Destinasi Gunung Bromo selalu menarik.
Tahun 2018, Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB-TNBTS) mencatat jumlah kunjungan wisatawan baik dari dalam negeri maupun mancanegara mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Yakni mencapai 853.016 orang.
“Dari total jumlah kunjungan tersebut, terbagi dari 828.247orang merupakan wisatawan nusantara, dan sebanyak 24.769 merupakan wisatawan mancanegara. Dengan penerimaan Negara Bukan Pajak (PNPB) mencapai Rp 27,3 miliar,” sebutnya.
Pada 2017, tercatat jumlah wisatawan dalam negeri sebanyak 628.895 orang, dan wisatawan luar negeri sebanyak 23.568 orang, dengan jumlah PNPB sebesar Rp22,08 miliar.
Para pengunjung masuk ke kawasan Gunung Bromo melalui empat pintu masuk, yakni Penanjakan Pasuruan, Cemorolawang Probolinggo, Coban Trisula, Kabupaten Malang, dan satu pintu masuk lainnya melalui Pendakian Ranu Pani, Lumajang.
“Data lain yang cukup menarik adalah pendakian Gunung Semeru sepanjang 2018 tercatat sebanyak 289.464 orang. Yang terdiri dari wisatawan dalam negeri sebanyak 284.352 orang, dan wisatawan mancanegara sebanyak 5.112 orang, dengan PNPB sebesar Rp 207,48 juta,” paparnya.
Menpar Arief Yahya mengapresiasi apa yang dilakukan STP Bali tersebut. Dia mengatakan, Kemenpar memang menggerakkan seluruh potensi untuk “mengeroyok” ramai-ramai dalam percepatan 10 Bali Baru, termasuk BTS. Arahan itu juga diberikan kepada STP Bali.
“Mereka wajib berpartisipasi aktif dalam persiapan SDM-Masyarakat-Industri pariwisata untuk 10 Destinas Prioritas itu,” ucap Menpar Arief Yahya.
Semua resources memang dikerahkan dengan spirit WIN-way, Wonderful Indonesia Way. Sebuah jurus yang menjadi corporate culture kementerian yang dipimpin mantan Dirut PT Telkom itu. Tiga S, biasa dia sebut, dengan solid, speed dan smart.
“Semua potensi dan sumber daya manusia Kemenpar harus melangkah dengan spirit 3S itu,” ujar Menpar Arief Yahya yang juga meminta konsisten melibatkan mahasiswa pariwisata, agar kaya pengalaman.