BANYUWANGI – Tak ada kata lelet dalam penanganan mitigasi bencana. Semua harus dilakukan dengan cepat, terukur dan terencana.
Gambaran itu terlihat jelas pada Bimbingan Teknis Mitigasi Bencana di Kawasan Pariwisata Jawa Timur dan DI Yogyakarta, Kamis (25/4). Ballroom Hotel Santika Banyuwangi yang diisi 100 peserta dari berbagai kalangan langsung hening. Semua fokus mendengarkan paparan para narasumber yang kompeten di bidang mitigasi bencana.
Saat agenda berlangsung, Kemenpar, Pemprov Banyuwangi, BNPB, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi hingga audience semuanya sepakat kompak merancang strategi penanganan mitigasi bencana yang efektif.
“Bencana terjadi dimana-mana. Kebanyakan di daerah destinasi terbaik di Indonesia. Makanya harus ada mitigasi atau pencegahan. Perlu pelatihan simulasi dan sosialisasi. Ada pembuatan jalur evakuasi. Intinya informasi tentang bencana untuk pencegahan. Tujuannya agar destinasi tetap dapat wisatawan,” tutur Roling Evans Randongkir, Analis Pengurangan Risiko Bencana BNPB, Kamis (25/4).
Evan tak asal bicara. Contoh riilnya ada. Tanjung Lesung misalnya. Kawasan yang masuk ke dalam 10 destinasi prioritas itu rawan tsunami. “Harus ditanam mangrove,” tambahnya.
Borobudur juga sama. Kawasan yang masuk ke dalam radar ’10 Bali Baru’ itu juga dinilai rawan terkena abu vulkanik dari Merapi. “Kalau nggak ada jalur evakuasinya kan bisa repot juga. Jadi semua skenario penanganannya harus disiapkan,” bebernya.
Hal senada diungkapkan Kepala Bidang Mitigasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Sri Hidayati. Poin pemaparannya mengarah ke pencegahan. Meminiimalisir bahaya. “Tantangan ketika datang bencana adalah timbul korban jiwa untuk wilayah pariwisata. Contoh gunung. Harus ada larangan mendekat. Ada Info tentang gunung api.Pantai harus ada tanda-tanda yang dibuat. Harus ada papan informasi. Aktifitas harus sampai ke kepala desa,” tutur Sri.
Sigit Purwanto, Tenaga Ahli Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal tak mau ketinggalan. Dia mengulas seputar Penanganan Darurat dan Evakuasi Dini pada Kawasan Destinasi Pariwisata yang Rawan Bencana.
”Potensi bencana itu ada 12. Dan Jawa Timur punya semuanya. Mulai angin puting beliung, banjir bandang, tsunami, gunugn berapi, semua ada. Daerahnya merupakan jalur pertemuan lempeng tektonik. Banyak gunung berapi aktif yang rawan, punya pesisir dan kepulauan. Yang menenangkan, pelaku wisata Jawa Timur sudah mulai melakukan penataan dan tindakan,” ucap Sigit.
Menurut Kepala Bidang Area Jatim dan DIY, Widayanti Banda, kegiatan Bimtek Mitigasi Bencana di Kawasan Pariwisata Jawa Timur dan DI Yogyakarta diikuti para peserta yang sangat antusias. “Para peserta sudah mulai menyadari tentang potensi pariwisata dan resiko yang ada di destinasi masing masing baik dari segi positif maupun negatif,” ujarnya.
Yang utama, ada manfaat yang ikut dirasakan daerah. “Kegiatan Regional 2 wilayah Kalimantan dan Jawa ini sangat positif. Utamanya bagi dinas-dinas Kabupaten/Kota se-Jawa Timur dan DIY. Semoga pengetahuan mitigasinya ikut tertular di wilayah lain yang memiliki risiko bencana. Juga lebih tanggap dalam penaggulangannya,” harapnya.
Tanggapan Menpar Arief Yahya? Sangat positif. “Ini menunjukkan Indonesia sangat siap menangani mitigasi bencana. Tidak perlu diragukan lagi,” tutur Menpar Arief Yahya. (*)