BANDUNG – Sekitar 4 ribu penari dari 16 kabupaten/ kota di Jawa Barat turut memeriahkan Hari Tari Sedunia atau World Dance Days dengan menarikan Ronggeng Geber Bandung di area Car Free Day (CFD) Dago, Minggu (28/4). Kegiatan ini digagas Masyarakat Seni Rakyat Indonesia (Masri) bekerjasama dengan Disbudpar Jawa Barat dan Disbudpar Kota Bandung, serta didukung Kementerian Pariwisata.
Selain 4 ribu Ronggeng Geber Bandung, digelar pula Bandung Ayo Menari 24 Jam di Gedung Pusat Pengembangan Kebudayaan, Jalan Naripan No.7-9 Bandung, serta Galamedia Menari Festival yang digelar di Gedung PPK dan diikuti 29 sanggar dari 10 kabupaten/kota di Jawa Barat.
Kepala Disbudpar Jawa Barat Dedi Taufik mengatakan, acara 4 ribu Ronggeng Geber Bandung memiliki filosofi yaitu budaya adalah kekuatan pariwisata. “Kegiatan ini untuk kedua kalinya diselenggarakan di Bandung. Tahun lalu, Tari Daun Pulus Keser Bojong karya Gugum Gumbira diikuti oleh 2 ribu penari,” ujarnya, Senin (22/4) lalu.
Dedi menambahkan, Tari Renggong Geber dikemas dengan menyatukan gerakan tubuh dan alam. Tarian tersebut dilakukan oleh seluruh peserta secara bersamaan dengan menggunakan properti berupa hihid. Yaitu kipas yang terbuat dari anyaman bambu. Bisa dibayangkan, 4 ribu penari melakukan gerakan yang sama. Gerakan dengan alam akan menghasilkan angin, serta menghadirkan kesejukan.
Tari Ronggeng Geber sendiri merupakan tarian khas Pasundan hasil kreasi Bah Nanu Nanu Munajar. Tarian itu biasanya ditampilkan pada saat musim panen tiba. Intinya, masyarakat sudah bercocok tanam, dan sudah diberikan suatu kegembiraan yang dikemas dalam satu tarian.
Dedi pun merencanakan, 4 ribu Ronggeng Geber Bandung karya Mas Nanu ini akan dimasukan ke dalam program HaKI. Selain itu, Dedi berharap peringatan Hari Tari Sedunia bisa digelar setiap tahun di Kota Bandung.
Kepala Disbudpar Kota Bandung, Dewi Kaniasari menyebut, peserta dan penyelenggara akan menerima sertifikat. Menurutnya, Bandung Ayo Menari 24 Jam sejalan dengan Bandung sebagai kota kreatif dalam memberikan pagelaran bergengsi yang dapat diikuti oleh insan tari.
“Acara ini bukan hanya ajang tari-menari, tapi justru dapat mensinergikan berbagai hal terkait dengan budaya, politik, industri kreatif, dan juga wisata kreatif. Efeknya kepada pariwisata berbasis kreativitas yakni dapat menyedot para wisatawan,” terangnya.
Sementara itu, Nanu Munajar yang merupakan Dewan Pengarah Peringatan Hari Tari Sedunia menyebutkan, banyak sanggar tari yang sebenarnya ingin mendaftar untuk turut berpartisipasi dalam perhelatan tersebut. Namun, panitia membatasi tanggal pendaftaran untuk memudahkan pelaksanaan. Dalam Galamedia Menari Festival, setiap sanggar wajib mengirimkan tiga katagori. Yakni tunggal, duet (pasangan), dan rampak (kelompok). Sehingga, setiap sanggar minimal mengirimkan 9-15 penari.
“Kami sengaja membuat tiga kategori, karena yang dinilai adalah kualitas dari penari dari setiap sanggar. Bukan mencari kuantitas. Sanggar terpilih atau sanggar terbaik akan dibina selama setahun oleh Masri. Dan jika ada kesempatan, akan diikutkan pada even regional maupun nasional,” katanya.
Sementara untuk Bandung Ayo Menari 24 Jam, diikuti sekitar 168 sanggar tari dengan jumlah 79 repertoar tari dan 790 penari, dengan durasi 24 jam. Ini untuk menunjukkan bahwa energi tubuh senantiasa hadir seirama dengan zaman. Ini merupakan suatu daya yang tak terbatas untuk saling menghargai kekhasan masing-masing laku tubuh.
Kepala Bidang Pemasaran Area I (Jawa) Kementerian Pariwisata RI, Wawan Gunawan mengungkapkan, monentum peringatan Hari Tari Sedunia ini menjadi wahana dan ruang kreatif yang memberikan spirit baru dalam berkreasi dan berekspresi. Perayaan Galamedia Menari Festival adalah kecerdasan sebuah respon positif yang sangat baik antara media dengan komunitas seni pertunjukan rakyat. Kolaborasi ini menjadikan makna semangat yang sangat penting dalam membaca ruang dan waktu untuk lebih kreatif.
“Para seniman diberi ruang dan waktu untuk berkarya, berkreasi, dan berekspresi dalam ide-ide kreatifnya. Tentu ini adalah salah satu bukti nyata keseriusan memaknai momentum sebagai destinasi waktu,” bebernya.
Galamedia Menari Festival harus menjadi calender event tahunan yang bergengsi di Kota Bandung, yang menjadi andalan atraksi wisata budaya yang bisa menarik minat wisatawan mancanegara dan nusantara datang ke Kota Bandung.
Menteri Pariwisata Arief Yahya menyarankan, event ini harus banyak melibatkan kurator dari berbagai unsur untuk menjadikannya berkelas internasional. Baik penata tarinya, penata musiknya, penata kostumnya, penata riasnya, dan penata adegannya. Event ini harus lebih menarik untuk media dalam meliputnya. Baik dalam bentuk foto, video, maupun newsnya.
“Semakin banyak media yang tertarik, akan membuat gaungnya kian meluas. Hal ini perlu serentak digelorakan dengan promosi yang tepat, baik promo pre event, on event maupun post event. Kalau saja pengemasan event ini sudah memakai standar global, niscaya event ini akan menjadi event yang berkelas dunia,” tandasnya. (*)