JAKARTA – Mesin Pra Rakor Pengembangan Destinasi Pariwisata Wilayah Kalimantan, mulai dipanaskan Kementerian Pariwisata. Semua pemangku kepentingan diajak duduk bareng. Semua diajak kompak membahas masa depan pariwisata Kalimantan di Mutiara Ballroom Hotel Millenium, Jakarta, Jumat (3/5).
Deretannya ada Deputi Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata, Asdep Pengembangan Destinasi Regional ll, Biro Perencanaan Perhubungan, Pemanfaatan Jasa Biro Lingkungan Hidup (PJLHK), Kementerian Perhubungan, dan Kementerian LHK. Selain itu juga ada Hubungan Antar Lembaga Pemerintah Dalam Negeri BEKRAF, Bina Pembangunan Daerah Kemendagri, serta Badan Perkembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW).
Pokok bahasannya serius. Tema yang dikupas sangat berbobot. Dari mulai ekowisata, Border tourism, desa wisata sampai nomadic tourism, ikut dibahas. Goalnya menjadikan Kalimantan destinasi kelas dunia.
“Potensi Kalimantan sangat besar maka itu perlunya rancangan kedepan untuk Kalimantan. Dengan Pra Rakor ini kami ingin menyamakan persepsi dengan seluruh stakeholder pariwisata. Baik itu pusat hingga daerah. Sehingga percepatan pengembangan destinasi di wilayah Kalimantan dapat dilakukan,” ujar Deputi Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata Kemenpar Dadang Rizki Ratman, Jumat (3/5).
Begitu pun menurut Asisten Deputi Destinasi Regional II Reza Pahlevi. Kalimantan memiliki potensi untuk menjadi wilayah Destinasi Baru. perlunya pengembangan Pariwisata dengan kerja sama nya pusat dan daerah sehingga tercipta nya 3A : (Atraksi, Aksesibilitas, Amenitas) yang mumpuni.
Baginya forum ini tidak hanya Untuk regional II tapi untuk seluruh Indonesia. Karena pengembangan destinasi di Kalimantan juga untuk menambah destinasi pariwisata di Indonesia. Maka dari itu semua harus ikut turun tangan tidak hanya pusat tapi seluruh bagian dari lembaga pemerintah dan daerah.
“Indonesia sangat siap untuk membangun, negara yang mampu mengolah potensi alam untuk menjadi destinasi wisata. Tetapi tanpa adanya kemauan dari seluruh pihak tentunya itu tidak akan terjadi,” ungkapnya.
Bak gayung bersambut, seluruh stakeholder yang hadir pun siap mendukung percepatan yang akan dilakukan. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) misalnya. Melalui Kepala Pusat Pengembangan Kawasan Strategis Kuswardono, PUPR siap mendorong percepatan infrastruktur di Kalimantan.
“Bahwa prinsipnya kami mendukung Pariwisata, Dengan Strategis Pengembangan Infrastruktur PUPR,” ujarnya.
Langkah konkretnya memasukkan Kalimantan di 35 Wilayah Pengembangan Strategis (WPS) sebagai basis perencanaan keterpaduan infrastruktur PUPR. Percepatannya melalui Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah.
WPS tersebut terkoneksi antara infrastruktur dan dipadukan dengan infrastruktur lainnya ke kawasan perkotaan tadi, termasuk di dalam kawasan perkotaan. Hal tersebut akan terlihat apakah infrastruktur sudah terdukung, misalnya jalan menuju kawasan ekonomi strategis maupun di dalam KEK tersebut akan dilihat.
“Dengan demikian yang sekarang belum lengkap kita lengkapi supaya dia berfungsi penuh, yang belum kita rencanakan supaya nanti saling sinergi untuk mendukung kawasan tadi. Selain itu juga ada program Keterpaduan Infrastruktur PUPR Dengan prioritas Nasional 2015. Ada juga program 2.4 Visum Kementerian PUPR 2030 pokoknya kami siap mendukung,” kata Kuswardono.
Respons cepat yang dilakukan seluruh pihak tersebut pun ikut diacungi jempol oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya. Menurutnya ini adalah contoh konkrit spirit Indonesia Incorporated. Karena percepatan hanya bisa dilakukan jika semuanya bersinergi sehingga terajut harmonisasi.
“Harmoni dan sinergi adalah survival kita. Harmoni dan sinergi adalah kunci sukses kita. Kata kuncinya Indonesia Incorporated,” kata Menpar Arief Yahya.
Selain itu percepatan ini tentunya menunjukkan komitmen nyata pemerintah pusat untuk terus mendorong pengembangan daerah. Sekaligus menciptakan pertumbuhan-pertumbuhan ekonomi baru di daerah. Karena jelas pengembang pariwisata akan membawa stimulus positif bagi perekonomian dan juga perkembangan daerah.
“Artinya multi player efeknya banyak. Di seluruh negara di dunia, devisa sektor riil akan tumbuh ketika sektor pariwisata tumbuh. Itu sudah terbukti. Ini yang membuat Presiden Joko Wibowo mentapkan pariwisata sebagai core ekonomi bangsa,” terang Menpar Arief Yahya. (*)