Pegang Teguh CHSE, Kemenparekraf Rampungkan Panduan Wisata Edukasi Tematik Nusantara Belitung

BELITUNG – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) menerbitkan panduan wisata edukasi tematik Nusantara. Salah satu yang menjadi fokus perhatian adalah obyek wisata di kawasan Belitung. Mengambil tema “Island Exploration in Belitung”, panduan wisata ini dipadupadankan dengan program CHSE (Cleanliness, Health, Safety and Enviromental Sustainability) di obyek daya tarik wisata. Program ini diselenggaran pada 17-20 November 2020. Dalam penyusunan Panduan Wisata Edukasi Tematik Nusantara Belitung, peserta diajak untuk eksplorasi sejumlah destinasi wisata.

Di hari terakhir, peserta diajak merasakan lebih dekat dengan destinasi wisata Belitung, salah satunya dengan mengunjungi Pulau Seliu. Pulau Seliu berada di Kecamatan Membalong atau 50 kilometer dari pusat kota Tanjungpandan. Perjalanan ke Membalong bisa ditempuh kurang lebih 90 menit,. Untuk menyebrang ke Pulau Seliu, harus melalui Teluk Gembira, yang ada di Kecamatan membalong.  Secara geografis, posisi Pulau Seliu cukup strategis. Kapal-kapal yang melintas bisa singgah dan bongkar muat di sini. Bersamaan dengan pengelolaan hasil laut, Pulau Seliu juga dikembangkan sebagai salah satu destinasi wisata unggulan. “Pulau Seliu bisa menjadi lokasi wisata renang, diving, snorkeling maupun budidaya rumput laut,” terang Kepala Dinas Pariwisata Belitung, Jasagung Haryadi, Jumat (20/11/2020).

Nama dari Pulau Seliu sendiri berasal dari banyak versi, antara lain konon dari keluarga Liu yang pertama kali menetap di daerah itu. Selain itu, ada pula yang menyebutkan bahwa Seliu berasal dari kata keseleo yang merujuk pada cerita legenda melawan bajak laut.

Namun nama yang paling diyakini adalah berasal dari bunyi gesekan kereta surong, alat pengangkut barang yang kini replikanya diabadikan di kantor Desa Pulau Seliu. Di Pulau Seliu kita juga bisa melihat lebih dekat rumah panggung Melayu, kegiatan tradisional masyarakat berupa pembuatan emping, membuat jaring kepiting dan menjalin atap dari daun rumbai. 

Jika Anda beruntung datang di saat musim buah, pemandangan lainnya bisa nikmati adalah jejeran pohon mangga yang ada di setiap rumah warganya. Jumlahnya tidak cuma puluhan, tapi ratusan, menggantung indah di setiap rumah warga. Selain mangga, Pulau Seliu terkenal sebagai sentra produksi ikan asin, kopra dan emping. Perpaduan antara desa nelayan dengan desa petani ada di pulau ini.

Masih di Pulau Seliu, kita akan ditawarkan dengan keindahan Pantai Tanjung Marang Bulo yang berada di sisi barat Pulau Seliu. Berpasir putih dan landai membuat kita betah berlama-lama menikmati panorama alam Pantai Tanjung Marang Bulo. Banyak yang datang ke sini untuk melihat sunset atau matahari terbenam. Ketika air laut pasang, batu-batu yang tersebar di bibir pantai akan nampak seperti mengapung di atas laut.

Arya Galih Anindita penanggungjawab kegiatan ‘Wisata Edukasi Tematik Nusantara’ di Belitung dari Kemenparekraf/Baparekraf menuturkan kegiatan eksplorasi destinasi wisata dilakukan agar peserta dapat melihat detail potensi dan keindahan obyek wisata Belitung yang akan dituangkan dalam panduan wisata edukasi tematik Nusantara Belitung ini. “Kunjungan ke destinasi wisata ini untuk melihat lebih detail potensi dan keindahan alam obyek wisata agar dapat dituangkan dengan baik dalam panduan wisata edukasi tematik Nusantara Belitung ini,” kata dia.

Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan (Events) Kemenparekraf/Baparekraf, Rizki Handayani Mustafa menerangkan, pandemi COVID-19 memaksa kita untuk beradaptasi dengan kebiasaan baru untuk dapat menjalankan segala aktivitas, terutama di luar ruangan. “Demikian juga kegiatan wisata yang memerlukan adaptasi terhadap kebiasaan-kebiasaan baru, sehingga dapat dilakukan dengan aman dan nyaman untuk semua,” kata Rizki.

Deputi yang karib disapa Kiki itu melanjutkan, dalam kerangka itu Kemenparekraf/Baparekraf menginisiasi program wisata edukasi tematik Nusantara yang bertujuan untuk mengedukasi peserta mengenai daya tarik wisata minat khusus di Indonesia dan implementasi protokol CHSE. Pada saat yang sama, Kiki menjelaskan program ini dibuat untuk menarik minat wisatawan domestik dalam merencanakan dan melakukan perjalanan wisata di era adaptasi kebiasaan baru ini. “Ketentuan-ketentuan yang termuat dalam panduan ini mengacu pada protokol dan panduan yang telah ditetapkan pemerintah Indonesia, World Health Organization (WHO), World Travel & Tourism Council (WTTC) dalam rangka pencegahan dan penanganan COVID-19,” papar Kiki.

Menurut Kiki, buku panduan ini nantinya akan menjadi pedoman tata cara pelaksanaan kebersihan, kesehatan, keselamatan dan kelestarian lingkungan di hotel, restoran, rumah makan dan obyek daya tarik wisata. Kiki berharap kegiatan ini dapat memacu dan menumbuhkan kembali minat masyarakat untuk melakukan kegiatan wisata minat khusus sesuai dengan ketentuan kesehatan yang telah ditetapkan. “Buku panduan ini menjadi angin segar bagi Industri pariwisata Indonesia yang saat ini sedang berjuang untuk bangkit akibat keterpurukan akibat pandemi COVID-19,” papar dia. (****)

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You may use these HTML tags and attributes:

<a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>