Pantau Perkembangan Wisata Kapal Pesiar, Indonesia Ikut Konperensi CLIA-360 Cruise Australasia

JAKARTA – Upaya untuk menggenjot kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia lewat kapal pesiar terus dilakukan. Perkembangan dari sektor ini juga terus dilakukan. Salah satunya dengan mengikuti Cruise Lines International Association (CLIA) Cruise-360 Australasia. Kegiatan ini dilangsungkan di Sydney, Jumat (30/8).

Dalam kegiatan ini, delegasi Indonesia dipimpin Penasehat Kehormatan Menteri Pariwisata/Ketua Tim Percepatan Wisata Bahari Kemenpar Indroyono Soesilo. Ia ditemani anggota delegasi dari Kemenpar, Kemenko Kemaritiman, Pelindo III, PELNI, Konsulat Jenderal RI di Sydney, Visit Indonesia Tourism Office-Sydney, dan Destination Asia Corp.

“Sasaran kita adalah meningkatkan jumlah wisman dari kapal pesiar. Sebab potensinya masih sangat besar. Para wisatawan cruise ini bisa kita arahkan untuk berkunjung ke destinasi-destinasi wisata kepulauan Nusantara,” papar Indroyono, Sabtu (31/8).

Dijelaskannya, upaya memacu pertumbuhan industri kapal pesiar di Indonesia mulai menunjukkan hasil. Kunjungan wisman melalui sektor ini terus tumbuh. Terutama pada tiga tahun terakhir. Target kedatangan wisman melalui jalur kapal pesiar pada tahun 2019 ini akan mencapai sekitar 430.000 orang.

“Jumlah itu merupakan peningkatan rata-rata 20% pertahunnya. Sedang jumlah singgah kapal pesiar di pelabuhan- pelabuhan Indonesia (calls) pada tahun 2019 ini ditargetkan mencapai 667 calls, atau kenaikan rata-rata 17.7% pertahun,” paparnya.

Indroyono menambahkan, potensi pasar wisman dari kapal pesiar di wilayah Asia Timur mencapai 2 juta orang pertahun. Sedang dari Australia & Selandia Baru mencapai 1.3 juta orang pertahun. Alasan itu juga yang membuat Indonesia untuk pertama kalinya berpartisipasi di CLIA Cruise-360. Kegiatan diawali dengan pertemuan pertemuan Pra-Konferensi, 28-29 Agustus 2019.

Kegiatan ini dimanfaatkan delegasi RI untuk bertemu dengan operator-operator kapal pesiar Dunia. Seperti Carnival, Holland American Lines, Cunard, P&O, Princess Cruises, Seabourn, Dream Cruises, Scenic Cruises dan Coral Expedition.

“Delegasi kita mendapatkan keyakinan. Bahwa, semua operator Kapal Pesiar di Dunia ingin meningkatkan jumlah kunjungan ke Nusantara. Bagi wisman, keindahan alam dan budaya Nusantara sudah tidak diragukan lagi. Apalagi, Pemerintah Indonesia telah menggiatkan deregulasi dan membangun infrastruktur pelabuhan dan terminal untuk kapal pesiar di perairan Nusantara,” paparnya.

Namun demikian, masih ada beberapa catatan Delegasi RI untuk segera diselesaikan. Antara lain ketersediaan BBM kapal pesiar di Pelabuhan Ambon, sistem air bersih, sistem pengolahan sampah dan ketersedian pengukur arus laut di Pelabuhan Benoa-Bali. Juga, berkaitan dengan kebijakan penutupan Pulau Komodo yang hingga kini belum ada kepastian secara tertulis. Atau belum mempunyai Surat Keputusan.

Indroyono menambahkan, kepastian sangat diperlukan. Karena, pemasaran jalur kapal pesiar dilakukan oleh pihak industri untuk kurun satu hingga dua tahun kedepan.

“Hal itu juga berkaitan dengan boleh atau tidaknya kapal pesiar memasuki wilayah Taman Nasional Raja Ampat di Papua Barat. Mengingat kapal-kapal pesiar tadi telah dilengkapi sistem teknologi GPS modern. Dan kapal tidak perlu lego jangkar lagi, sehingga tidak merusak terumbu karang,” paparnya.

Dalam Konferesi CLIA 360 Cruise, Indonesia memperkenalkan 19 Pelabuhan sebagai destinasi Kapal Pesiar di Nusantara. Menurutnya, Industri Kapal Pesiar Dunia tertarik untuk memulai kegiatan mengunjungi Tanjung Lesung. Tujuannya adalah melihat Gunung Anak Krakatau, mengunjungi Belitung, mengunjungi Balikpapan, mengunjugi Rinca dan mengunjungi Ambon sebagai destinasi-destinasi baru.

“Dalam lima tahun kedepan, akan selesai dibangun 127 kapal pesiar baru di seluruh Dunia. 27 diantaranya kapal-kapal pesiar besar yang mampu mengangkut 3000 – 7000 penumpang. Semuanya memerlukan destinasi wisata, dan Indonesia menjadi prioritas menarik bagi industri kapal pesiar Dunia. Meski Thailand, Vietnam dan Filipina juga gencar mempromosikan destinasi destinasi wisata kapal pesiar di wilayah mereka. Tapi Ini merupakan tantangan sekaligus peluang bagi industri wisata kapal pesiar di Indonesia,” paparnya.

Menteri Pariwisata Arief Yahya sangat mendukung upaya peningkatan kunjungan wisman lewat sektor laut.

“Indonesia adalah negara bahari. Negara yang sangat kuat sektor baharinya. Oleh karena itu, peningkatan wisman dari sektor harus dilakukan. Wisata Bahari Indonesia harus menjadi yang terdepan,” katanya.(***)

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You may use these HTML tags and attributes:

<a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>