Mudik ke Solo, Saatnya Mengenal Budaya, Sejarah, dan Belanja

SOLO – Mudik ke Solo kurang asyik rasanya kalau hanya berdiam di rumah. Apalagi dalam suasana #PesonaMudik2019. Terlebih jika waktu libur cukup panjang. Daripada stay at home, mending refreshing sejenak dengan mengunjungi berbagai destinasi yang ada. Kalian bisa tentukan tujuannya sesuai mood. Ada wisata alam, wisata sejarah, wisata budaya, atau mampir ke pasar untuk sekadar cuci mata.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menuturkan, Solo adalah salah satu daerah tujuan wisata yang memiliki banyak atraksi atau destinasi. Meski kental dengan budaya, Solo ternyata juga punya beberapa destinasi wisata alam yang layak disinggahi. Di sisi lain, Solo mempunyai kekompakan dalam memajukan pariwisata. Baik pemerintah daerah, pengusaha, maupun masyarakat umum.

“Semangat membangun pariwisata ini akan mendorong iklim bisnis dan investasi yang kondusif di Solo. Yang jelas, majunya pariwisata juga akan berimbas luas hingga ke masyarakat. Roda perekonomian akan berputar lebih baik,” ujarnya, Sabtu (11/5).

Lantas, apa saja yang bisa dikunjungi saat mudik ke Solo? Berikut 10 wisata populer di Kota Solo.

1. Grojogan Sewu

Wisata alam yang satu ini berada di lereng Gunung Lawu, tepatnya di Desa Sepanjang, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar. Air terjun Gerojogan Sewu memiliki tinggi sekitar 81 meter. Dinamakan Gerojogan Sewu karena debit airnya cukup besar. Walaupun musim kemarau, tetap saja volume air yang mengalir cukup banyak.

2. Keraton Surakarta

Kraton Surakarta Hadiningrat atau Keraton Kasunanan didirikan oleh Susuhan Pakubuwono II (Sunan PB II) pada tahun 1744. Ini dibangun sebagai pengganti Keraton Kartasura yang rusak akibat Geger Pecinan tahun 1743. Meski terbuka untuk umum, ada beberapa tempat yang tidak boleh dimasuki wisatawan. Salah satunya kediaman Raja Pakubuwono.

Wisatawan boleh masuk ke pendopo besar di dalam Sasana Sewaka. Tempat tersebut biasa dipergunakan untuk pertunjukan tari dan gamelan. Wisatawan juga bisa mengunjungi museum yang ada di dalam kawasan Keraton Kasunanan. Ada banyak koleksi kerajaan yang tersimpan. Seperti kereta kencana, tandu, patung, senjata kuno, dan lain-lain.

3. Taman Balekambang

Taman ini sengaja dibangun oleh KGPAA Mangkunegaran VII atas kecintaannya terhadap sang putri. Yaitu GRAy Partini dan GRAy Partinah. Taman ini terbagi dua dan masing-masing diberi nama sesuai dengan nama kedua putri tersebut. Satu taman bernama Partinah Bosch, yaitu semacam hutan kota. Sedangkan taman berikutnya yakni Partini Tuin yang merupakan kolam air. Taman Balekambang memiliki luas sekitar 9,8 hektare dan berada di Jl. Ahmad Yani, Surakarta.

4. Kampoeng Batik Lawean

Kampung ini menjadi salah satu pusat batik tertua di Kota Solo. Sebagian penduduknya berprofesi sebagai pembuat batik dan pedagang. Kampung ini sudah menjadi ikon batik Solo sejak abad ke-19. Hingga kini, lebih dari 250 motif batik khas Lawean sudah dipatenkan.

Kampoeng Batik Laweyan tidak hanya berjualan batik, tetapi juga menawarkan paket wisata workshop membuat batik. Wisatawan bisa mengikut kursus membatik dalam waktu singkat. Ada pula pelatihan membatik secara intensif, khusus bagi yang ingin mendalami teknik membatik, baik tulis maupun cap.

5. Pasar Klewer

Ini merupakan pasar tekstil terbesar di Jawa Tengah. Letaknya persis berdampingan dengan Keraton Surakarta Hadiningrat. Pasar Klewer melayani transaksi ribuan pedagang dan pembeli setiap harinya. Tercatat ada 2.211 pedagang yang memiliki kios dan 765 pedagang yang tidak memiliki kios. Pasar ini juga menjadi ikon Kota Solo yang lebih modern. Pembeli di Pasar Klewer bisa mendapat potongan harga lumayan besar jika berbelanja dalam jumlah banyak.

6. Pura Mangkunegaran

Pura Mangkunegaran adalah istana yang megah dan indah di Kota Solo. Nama Pura berasal dari bahasa Jawa yang berarti istana atau kerajaan. Pura Mangkunegaran menjadi pusat budaya dan seni di Kota Solo. Berbagai koleksi berharga tersimpan di dalamnya, dan dipercaya berasal dari Kerajaan Mataram dan Majapahit.

Pura Mangkunegaran didirikan pada tahun 1757. Jika berkunjung ke sini, wisatawan akan ditemani seorang tour guide. Begitu memasuki pintu gerbang, wisatawan langsung menuju pendopo bergaya Jawa-Eropa. Pendopo ini biasa digunakan untuk pertunjukkan tari dan wayang. Wisatawan juga bisa masuk ke Pringgitan, yaitu tempat dimana keluarga kerajaan tinggal. Termasuk ke tempat penyimpanan benda-benda kerajaan.

7. Candi Cetho

Candi ini berada di lereng Gunung Lawu. Tepatnya di Dusun Ceto, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar. Candi Cetho berornamen agama Hindu, dan diperkirakan dibangun pada akhir masa Kerajaan Majapahit. Atau sekitar abad ke-15 masehi.

8. Candi Sukuh

Seperti Candi Cetho, Candi Sukuh juga berada di lereng Gunung Lawu. Tepatnya di Dusun Sukuh, Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar. Candi Sukuh berlatar belakang agama Hindu dan diperkirakan dibangun didirikan pada akhir abad ke-15 masehi.

Diperkirakan, Candi Sukuh dibangun untuk tujuan pengruwatan. Yaitu ritual menangkal atau melepaskan kekuatan buruk yang mempengaruhi kehidupan seseorang. Dugaan tersebut didasarkan pada relief-relief yang memuat cerita-cerita pengruwatan.

9. Pasar Triwindu

Pasar ini menyediakan barang-barang antik dengan kondisi yang masih terjaga. Keunikan tersebut menjadiannya sebagai bagian dari wisata budaya di Kota Solo. Wisatawan bisa menemukan perabotan vintage lucu dari masa lalu seperti kursi, lemari, gramofon, cermin, koin kuno, sepeda kuno, piring dan perabot lainnya.

Pasar Triwindu berdiri sejak tahun 1939. Kepopulerannya saat ini bahkan meluas hingga ke mancanegara. Terbukti, banyak turis asing yang singgah ke pusat perniagaan tersebut. Keunikan barang-barang yang dijual, kemungkinan menjadi daya tarik bagi mereka.

10. Museum Batik Danar Hadi

Museum Batik Danar Hadi atau biasa juga disebut House of Danar Hadi meliputi bangunan megah yang berdiri di antara rimbunnya pepohonan. Dari luar, suasana tampak asri. Museum ini berdiri sejak tahun 1967, dan konon memiliki lebih dari 10.000 lembar kain.

Batik-batik yang dikoeksi kebanyakan merupakan koleksi pribadi dari H. Santosa Doellah. Ada pula batik-batik hasil lelang, pemberian dari beberapa publik figur tenar, dan ada pula batik yang dibuat di workshop Danar Hadi. Karena memiliki banyak sekali koleksi, museum ini juga masuk MURI.(*)

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You may use these HTML tags and attributes:

<a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>