JAKARTA – Status Shopee Liga 1 musim depan tetaplah samar. Tidak ada garansi penyelengaraannya. Dengan latar belakang isu pandemi Covid-19, kompetisi bisa saja kembali diombang-ambingkan karena perizinan. Situasi semakin miris karena PSSI seolah tidak berdaya meyakinkan aparat Kepolisian. Daya tawar PSSI termasuk posisi ketua umumnya pun bisa dikatakan sangat lemah.
Tanda tanya besar terus dialamatkan pada Shopee Liga 1 musim depan. Hingga kini belum ada jaminan kompetisi sepakbola kasta tertinggi di tanah air tersebut akan digulirkan musim depan. Pemerintah saja melalui Kemenpora masih menunggu kemurahan hati Kepolisian di dalam memberikan izin keramaian. Artinya, dibutuhkan energi dan langkah besar khsusunya dari PSSI untuk meyakinkan aparat Kepolisian.
“Tahun depan Liga 1 mungkin bisa digulirkan. Ini kan menyangkut penerbitan izinnya dari Polri,” kata Menpora Zainudin Amali singkat dan penuh arti.
Atas dalih pandemi Covid-19, Shopee Liga 1 2020 khirnya resmi ditiadakan. Sebelumnya Shopee Liga 1 mengalami penundaan tata waktu kick off-nya. Shopee Liga 1 seharusnya digulirkan awal Oktober 2020. Hanya saja, kompetisi batal digelar kembali karena pihak Kepolisian tidak memberikan izin. Padahal, kompetisi sebelumnya sempat terhenti pada Maret seiring merebaknya pandemi Covid-19.
“Saat ini sangat sulit memprediksi apa yang akan terjadi dengan nasib Shopee Liga 1 musim depan. Bisa digelar atau tidak. Sebab, belum ada jaminan apapun dari pemerintah. Mereka juga menunggu sikap dari pihak Kepolisian. Saat bertemu Menpora selepas Sholat Ashar, beliau juga mengisyaratkan hal serupa,” ungkap Mantan Manajer Pelita Jaya Lalu Mara Satriawangsa.
Sebelum menerima opsi penghentian kompetisi, skenario Shopee Liga 1 sempat dijadwalkan bergulir di awal November 2020. Pertemuan juga sudah digelar PT LIP bersama 18 klub kontestan Shopee Liga 1 2020. Semua sepakat kalau kompetisi digulirkan kembali awal November. Hanya saja, Kepolisian tetap bersikukuh tidak menerbitkan izin keramaian. Kini, alasannya makin bertambah karena membawa isu Pemilukada Serentak 2020.
“Sebenarnya tidak ada bedanya kompetisi digelar sekarang atau tahun depan. Kuncinya kembali lagi kepada perizinan yang dikeluarkan Kepolisian. Untuk itu, PSSI harus bisa meyakinkan Kepolisian agar izin kompetisi keluar. PSSI harus aktif memainkan peranannya. Toh sebenarnya ada banyak opsi untuk menggelar kompetisi. Pertandingan bisa juga digulirkan tanpa penonton. Artinya, tidak sampai memicu kehadiran massa dalam jumlah besar. Potensi rusuh tidak ada,” tegas Lalu Mara.
Terus dihadapkan dengan ketidakpastian, 18 klub anggota Shopee Liga 1 pun menderita banyak sekali kerugian. Manajerial klub harus menutup anggaran yang sudah dikeluarkan sepanjang masa menunggu. Sembari menunggu kepastian jadwal, klub tetap menjalani persiapan rutin. Manajemen klub pun harus membayar gaji pemain plus beragam akomodasinya. Satu sisi, mereka tidak memiliki aliran income yang jelas.
“Ketidakpastian jadwal kompetisi memang tidak menyenangkan bagi klub. Bagaimanapun, argo para pemainnya tetap berjalan seiring persiapan yang dilakukan tim. Tanpa pertandingan dan prestasi, jelas klub juga kesulitan menggaet sponsor. Kami tetap berharap, PSSI terus bergerak untuk meyakinkan pihak Kepolisian. Biar kompetisi tidak terus menggantung. Kerugian klub berkurang,” paparnya lagi.(*)