KARANGASEM – Kurang lengkap rasanya berlibur ke Pulau Bali tanpa mengunjungi Pura Besakih. Ya pura yang terletak di kaki Gunung Agung menawarkan eksotisme religius yang begitu mempesona. Udara di sini begitu sejuk lantaran berada di ketinggian seribu meter di atas permukaan laut. Pura Besakih disebut-sebut menjadi landmark Pulau Bali.
Pura Besakih pun dipercaya sebagai awal mula penyebaran ajaran Hindu di Pulau Bali. Di tempat ini, tepatnya di Pura Basukian, salah satu pura yang berada di Kompleks Pura Besakih, Hyng Rsi Markendya menerima wahyu Tuhan untuk pertama kalinya. Pura Besakih amat penting bagi umat Hindu Bali. Dalam moment keagamaan tertentu, seluruh masyarakat Bali bersimpuh di hadapan para Dewa-Dewi di Pura Besakih.
Tidak diketahui secara pasti kapan Pura Besakih dibangun. Namun, berdasarkan penelitian para ahli, Pura Besakih telah digunakan sebagai tempat pemujaan oleh umat Hindu di Pulau Bali sejak tahun 1284. Pada waktu itu, diketahui adanya aktivitas penyerangan oleh kerajaan-kerajaan Jawa ke Pulau Bali. Dan, pada abad ke-15, diketahui Besakih menjadi pura kerajaan Dinasti Gelgel. Karena nilai sejarah dan keutamaannya, Besakih pun telah masuk di daftar pengusulan Situs Warisan Dunia UNESCO.
Sebagai sebuah kompleks pura yang sangat besar, Pura Besakih terdiri dari 23 pura. Termasuk di antaranya adalah Pura Penataran Agung dan Pura Basukian. Pura di kompleks Pura Besakih dibangun dalam enam tingkatan. Pemandangannya akan sangat mirip seperti sebuah terasering di sawah.
Sebagai pura yang paling besar dan paling penting di Bali, tidak heran kalau di sini kerap dilakukan berbagai acara keagamaan. Setiap tahun, setidaknya terdapat 70 festival dilaksanakan di dalam kompleks pura ini. Selain itu, masyarakat Bali juga meramaikan pura ini pada saat terjadi bulan purnama yang menjadi momen perayaan Odalan. Pura Besakih kini telah siap menerima kembali kunjungan wisatawan. Hal itu terlihat dengan penerapan protokol kesehatan yang sangat baik. Berbasis CSHE (Cleanlinnes, Health, Safety, dan Environment Sustainability), Pura telah menyulap diri menyesuaikan kebutuhan wisatawan di era adaptasi kebiasaan baru atau new normal.
Untuk mengeksplor keagungan Pura Besakih dan melihat lebih dekat implementasi CHSE, Kemenparekraf/Baparekraf menyelenggarakan program Familiarization Trip (Famtrip) yang terdiri dari 25 media dan terbagi dalam 10 kelompok. 25 perwakilan media itu tergabung dalam program yang diberi nama “We Love Bali” yang diselenggarakan pada 5-9 Desember 2020. Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali Putu Astawa menuturkan, famtrip Kemenparekraf/Baparekraf sudah barang tentu mendongkrak destinasi wisata di Pulau Bali, khususnya Pura Besakih. Sejauh ini, Astawa menuturkan jika pihaknya bekerja keras memberikan jaminan keamanan kepada wisatawan melalui implementasi program CHSE di seluruh destinasi wisata dan ekonomi kreatif Bali. “Salah satu upaya kami memenuhi kebutuhan wisatawan di era adaptasi kebiasaan baru adalah menerapkan CHSE di seluruh destinasi di Bali,” kata Astawa,” Minggu (6/12/2020). Astawa mengucapkan terima kasih atas perhatian yang diberikan pemerintah pusat melalui Kemenparekraf/Baparekraf yang meluncurkan program famtrip ini.
“Famtrip ini akan menambah keyakinan kami dalam menyongsong era baru pascapandemi bahwa Bali telah siap kembali dikunjungi wisatawan,” ujarnya. Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan (Event) Kemenparekraf/Baparekraf, Rizki Handayani menambahkan, program famtrip ini untuk melihat lebih detail implementasi sertifikasi CHSE di seluruh destinasi di Pulau Bali. Untuk itu, seluruh peserta disebar ke beberapa destinasi yang dipecah ke dalam sepuluh kelompok. “Mereka akan mengabarkan kesiapan Bali menerima kedatangan wisatawan tanpa harus waswas COVID-19 karena Bali telah memenuhi standar protokol kesehatan berbasis CHSE. Bali telah siap dikunjungi kembali khususnya menyambut libur Natal dan Tahun Baru,” katanya.
Pura Besakih, Rizki melanjutkan, menjadi destinasi yang penting lantaran keberadaan begitu vital bagi umat Hindu Bali. Pura Besakih adalah destinasi wisata yang lengkap dari segala aspek. “Dilihat dari sudut pandang sumber daya budaya Pura Besakih memiliki nilai penting yang tinggi bagi sejarah, kebudayaan, arkeologi, arsitektur, sosial, ekonomi, dan perkembangan ilmu pengetahuan. Silakan datang ke Bali dan gelorakan We Love Bali,” tuturnya.
Pura Besakih menurut Rizki akan menjadi experience unik dan menarik bagi wisatawan. Siapapun akan terkesan dengan keagungannya. Semuanya masih terjaga dengan baik. “Untuk itu, silakan datang ke Bali dan eksplorasi seluruh sudut destinasinya. Tidak usah cemas, sebab CHSE menangani COVID-19 dengan baik,” tegas Rizki. Kepercayaan publik terhadap Bali terus pulih juga seiring penanganan intensif COVID-19 di sana. Apalagi, Bali juga segera menerima distribusi vaksin COVID-19. Sarana prasarana dan instalasi kesehatan di sana sudah menggelar pengujian, simulasi, juga sertifikasi sejak 2 bulan terakhir. Komposisinya ada 12 rumah sakit dan 120 Puskesmas hingga awal Desember 2020. Sebanyak 2,6 Juta warga Bali siap divaksinasi.(*)