Laguboti – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) Pengembangan Website Desa Wisata Danau Toba. FGD tersebut akan dilaksanakan pada Kamis (5/11/2020) di Aula Kampus Institut Teknologi Del Laguboti.
Sub Koordinator Area I A Kemenparekraf/Baparekraf, Andhy Marpaung menjelaskan, FGD ini dimaksudkan dalam rangka sosialisasi dan menerima masukan terkait pengembangan website enam desa wisata di kawasan Danau Toba yaitu Parapat (Tigarihit), Lumban Bulbul, Marbun Toruan, Tipang, Sigapiton, Jangga Dolok, rencana pelatihan Pokdarwis dan aparat desa dalam pengelolaan website desa wisata di kawasan Danau Toba dan pendampingan terhadap pengelolaan website desa wisata dan masyarakat lokal untuk meningkatkan kesiapan pengembangan pariwisata dengan memanfaatkan website tersebut.
Pengembangan website di desa wisata kawasan Danau Toba merupakan upaya promosi digital yang dapat menjangkau lebih luas dari sisi pemasaran,” kata Andhy, Kamis (5/11/2020). Ia memaparkan, organisasi dunia seperti PBB dan World Tourism Organization (WTO) menyatakan bahwa pariwisata merupakan bagian dari dimensi kehidupan manusia menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Pada laman websitenya, WTO menyatakan bahwa pada tahun 2018 kunjungan wisatawan ke Asia dan Pasifik meningkat sebanyak 7 persen. Badan Pusat Statistik juga memiliki data kunjungan wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun.
“Meningkatnya kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara tidak terlepas dari perkembangan teknologi yang semakin pesat. Informasi dan referensi destinasi wisata di seluruh dunia dapat dengan mudah diakses oleh setiap orang melalui aplikasi yang ada di internet,” ujarnya. Di mata Andhy, hal ini menjadi peluang sekaligus tantangan bagi pariwisata Indonesia khususnya kawasan Danau Toba untuk menjawab tren wisatawan tersebut.
Pada era digital ini, digitalisasi pariwisata dapat menjadi terobosan untuk mendukung tercapainya tujuan pemerintah. Perkembangan digital yang pesat dalam dua tahun terakhir membuat digitalisasi di industri apa pun menjadi keniscayaan. “Langkah digitalisasi menjadi keharusan, karena saat ini karena 70 persen pasar wisata mencari, melihat dan mempelajari destinasi sebelum melakukan perjalanan secara digital seperti salah satunya melalui website desa wisata,” papar Andhy.
Direktur Pengembangan Destinasi Regional I Kemenparekraf/Baparekraf, Oni Yulfian menambahkan, proses digitalisasi destinasi wisata tentu akan melibatkan seluruh pelaku industri pariwisata. Katanya, penyediaan data termutakhir menjadi kunci kebergunaan digitalisasi tersebut dalam mendukung tercapainya tujuan. Kemampuan para pelaku industri pariwisata untuk berperan dan berkontribusi dalam proses digitalisasi pariwisata menjadi salah satu tantangan untuk upaya ini. “Para pelaku industri pariwisata di desa wisata memiliki kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang terbatas akan teknologi digital, sehingga diperlukan upaya khusus untuk mengatasi permasalahan ini,” ulasnya.
Kawasan Danau Toba, Oni melanjutkan, menjadi salah satu kawasan yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi sebuah kawasan pariwisata terintegrasi. Kawasan ini lengkap dengan kekayaan alam, budaya, hingga sejarah. Pemerintah telah menjadikan objek wisata Danau Toba sebagai salah satu dari Lima Destinasi Pariwisata Super Prioritas di Indonesia. Ia melanjutkan, untuk menjawab tantangan perubahan tren pariwisata dunia yang memanfaatkan teknologi digital, maka beberapa strategi harus dilakukan untuk menangkap peluang tersebut. “Salah satunya melalui pengembangan website desa wisata di kawasan Danau Toba yang dapat memanfaatkan teknologi
digital sebagai media promosi,” papar Oni.
Koordinator Destinasi Area I Kemenparekraf/Baparekraf, Wijonarko menjelaskan, program pengembangan website desa wisata Danau Toba ini akan mengintegrasikan 19 desa wisata yang dilakukan secara bertahap. Harapannya, kata dia, dapat semakin menyokong promosi pariwisata Danau Toba. “Pengembangan website desa wisata di kawasan Danau Toba merupakan salah satu agenda untuk mempercepat pengembangan pariwisata di kawasan ini,” ujarnya.
Melalui FGD ini nantinya berbagai informasi pariwisata kawasan Danau Toba disusun dan dikelola serta didokumentasikan dengan baik. “Setelah mempersiapkan sarana-prasarana dan kesiapan masyarakat sebagai pelaku wisata, media promosi menjadi ujung tombak untuk mengenalkan kawasan prioritas kawasan wisata ke dunia internasional melalui media internet,” tegas dia.(*)