LOMBOK – Promosi menjadi salah satu sarana yang tepat untuk memulihkan pariwisata. Lewat promosi, Kemenparekraf/Baparekraf akan membantu memulihkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di Nusa Tenggara Barat.
Hal ini disampaikan Koordinator Pemasaran Area 1 Regional 1 Kemenparekraf, Taufik Nurhidayat saat menghadiri acara Accomodation Expo & Tenun Festival 2020. Kegiatan ini dihadiri oleh para pelaku parekraf di NTB, seperti perwakilan hotel, villa, juga UMKM dari berbagai daerah. Total ada 42 booth yang mengikuti pameran ini.
Menurut Taufik, promosi akan sangat tepat mengingat NTB, melalui Sirkuit Mandalika, akan menjadi tuan rumah lomba balap motor paling akbar di dunia, MotoGP. Momen ini yang menurutnya harus dimanfaatkan.
“Untuk perhelatan MotoGP di Mandalika dari sisi promosinya kami akan bantu. Namun, karena wilayah-wilayah perbatasan belum dibuka, kami mempromosikannya secara online, juga melalui kantor perwakilan pariwisata yang ada di luar negeri yang kita sebut dengan nama VITO atau Visit Indonesia Tourism Officer,” katanya.
Menurut Taufik, VITO ada di 22 negara. VITO yang akan dimaksimalkan untuk perpanjangan tangan promosi. Menurutnya, jika kondisi sudah normal baru promosi dilakukan secara offline, lewat pameran atau distribusi bahan promosi dan sebagainya bisa dilakukan.
Taufik Nurhidayat menjelaskan, MotoGP adalah momen yang bagus untuk mengembalikan pariwisata Lombok.
“Kita targetkan sekitar 120 sampai 140 juta pergerakan wisatawan. Jadi 1 orang wisatawan domestik bisa melakukan pergerakan berkali-kali. Sedangkan kalau wisatawan mancanegara dihitung satu kali kedatangan,” katanya.
Direktur Pemasaran Pariwisata Regional I, Kemenparekraf, Vinsensius Jemadu, mengatakan, Kemenparekraf telah mengambil sejumlah langkah untuk memulihkan sektor parwisata. Diantaranya melaksanakan dan pendukungan Pameran Pariwisata Nusantara.
Pria yang akrab disapa Inspektur VJ itu menambahkan, pameran merupakan suatu bentuk dalam usaha jasa pertemuan, yang mana mempertemukan antara produsen dan pembeli.
“Namun pengertian pameran lebih jauh adalah suatu kegiatan promosi yang dilakukan oleh suatu produsen, kelompok, organisasi, perkumpulan tertentu dalam bentuk menampilkan display produk kepada calon relasi atau pembeli,” jelasnya.
Dalam kegiatan itu, Ketua Dekranasda NTB, Niken Saptarini Widyawati Zulkifli Mansyah, memperkenalkan tenun NTB yang dikenal dengan sebutan Songket.
Menurutnya, Songket merupakan kain khas daerah yang memiliki banyak ragam.
“Seperti halnya daerah lain di Indonesia, design songket khas daerah banyak dipengaruhi oleh kearifan lokal, yang menjadikan setiap daerah memiliki ciri khas tersendiri,” terangnya.
Niken Saptarini menambahkan, salah satu ciri dari songket adalah lebar kain yang hanya 50-55 cm dengan panjang 400 cm. Lain halnya dengan ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) ini bisa mencapai lebar 115 cm dengan panjang 200 cm atau lebih.
“Pulau Lombok memiliki beragam motif khas songket, yang dikelompokkan berdasarkan motif. Ada Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, Lombok Utara. Menurut cerita, seperti halnya daerah lain, setiap peristiwa kehidupan keluarga dilambangkan dengan memakai songket. Contoh, anak laki-laki yang akan dikhitan menggunakan songket Lempot Besunat,” terangnya.
Tidak hanya di Lombok, Pulau Sumbawa juga memiliki motif khas Songket. Terdiri dari motif Sumbawa/Samawa dan Bima/Mbojo.
“Pola songket yang dulunya polos tanpa motif, kini memiliki berbagai macam motif dan warna. Pengaruh luar juga mempengaruhi motif songket, contohnya motif Subahnale yang dipengaruhi motif dari Melayu dan Bali,” katanya.(*)