BATAM – Pelaksanaan lomba balap sepeda Tour de Kepri 2019 berakhir, Minggu (3/11). Pada etape 3 yang merupakan etape terakhir, peserta diajak melintasi Kampung Vietnam di Pulau Galang Batam.
Etape 3 Tour de Kepri memiliki panjang lintasan 125 Km. Startnya dari Daratan Engku Putri, Kota Batam, lalu melintasi Jalan Trans Barelang hingga wilayah Cakang. Dari Cakang, peserta memutar kembali dan finish di Jembatan Barelang. Dari Jalan Trans Barelang itulah peserta bisa menyaksikan Kampung Vietnam.
“Destinasi ini punya potensi besar dengan wisata sejarahnya. Di situ ada bekas kamp pengungsian Vietnam yang dihuni sekitar 17 tahun silam. Melalui event Tour de Kepri 2019, kami coba kenalkan lagi posisi destinasi itu. Kami ingin wisatawan tahu eksotisnya destinasi tersebut,” ungkap Kepala Dinas Pariwisata Kepri Buralimar, Senin (4/11).
Kamp ini masih menyisakan banyak bangunan sejarah. Kehadiran destinasi bersejarah ini turut meningkatkan kunjungan wisatawan Vietnam. Jumlahnya sekitar 60 hingga 100 orang per bulannya. Mereka masuk dari Singapura. Selain Pulau Galang, mereka nikmati keindahan lain melalui destinasi Batam dan Bintan.
“Destinasi Pulau Galang ini agak sensitif di mata pemerintahan Vietnam. Tapi, kalau konsepnya ziarah sebenarnya tidak masalah. Semoga pemerintah Vietnam mau memberikan izinnya. Untuk itu, kami terus berkoordinasi dengan Kemenparekraf agar melobi pemerintah Vietnam. Tujannya tentu agar hubungan diplomatik G to G kedua negara tidak terganggu. Destinasi ini sangat menarik,” terang Buralimar.
Beberapa event besar sebenarnya pernah dibuat pada Kampung Vietnam. Pada 2005, program reuni pengungsi Vietnam pernah digulirkan. Namun, agenda ini dikritisi oleh pemerintah Vietnam. Buralimar menambahkan, konsep wisata ziarah yang coba ditawarkan kepada wisatawan Vietnam menjadi lebih soft.
“Destinasi dan konsep yang kami tawarkan sebenarnya tidak bermaksud membuka luka lama. Kami ini hanya ingin menawarkan sisi lain yang menarik dari destinasi wisata Pulau Galang ini. Dengan konsep ziarah, semuanya akan baik. Vietnam juga mengenal konsep ziarah kubur pada bulan Juni. Kami juga ingin mengakomodir warga Vietnam yang lahir di Pulau Galang yang ingin bernostalgia,” lanjutnya.
Menawarkan konsep unik dan menarik, kawasan Pulau Galang-Kampung Vietnam menawarkan sekitar 36 spot wisata. Beberapa spot yang bisa diekplorasi wisatawan diantaranya, Pagoda Quan Am Tu, Gereja Katolik Ta On Duc Me, Patung Humanity, dan Galang Memorial Wall. Pagoda Quam Am Tu bahkan masih berfungsi sebagai tempat peribadatan hingga saat ini.
Pengunjung Pagoda Quam Am Tu berasal dari Vietnam, Singapura, dan Malaysia. Untuk pasar lokal datang dari Jakarta, Tanjungpinang, dan Kota Batam. Destinasi ini akan ramai pada akhir pekan dan hari libur. Lalu, pada blok lain terdapat spot Gereja Tinh Lanh, Boat People Plaza, Living in Barrack, Youth Center, juga Pagoda Chua Ky Vien.
Eksplorasi kawasan ini makin menarik dengan keberadaan bangunan Power House & Logistik, Museum Refugees Village, Fasilitas Kesehatan Pengungsi, Refugees Village, Pagoda Cao Dai, Pagoda Chua Kim Quang, hingga tempat Pemujaan Patung Dewi Kuan Im. Untuk Pagoda Chua Kim Quang, pergerakan wisatawan asal Vietnam kompetitip 20-30 orang per bulan.
Wisatawan Vietnam yang datang ke Pagoda Chua Kim Quang diantaranya datang dari Australia. Sebab, Australia menjadi salah satu negara yang menerima suaka pengungsi Vietnam saat itu.
Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional I Kemenpar Dessy Ruhati mengatakan, destinasi Pulau Galang potensial untuk terus dikembangkan.
“Dengan kekuatan sejarahnya, destinasi Pulau Galang sangat potensial dikembangkan. Di sana masih banyak tempat peribadatan yang befungsi hingga sekarang. Kami tentu akan dorong destinasi ini agar semakin banyak dikunjungi wisatawan dari negara manapun, termasuk Vietnam,” kata Dessy.
Selain jejak religius, wisatawan juga bisa memotret aktivitas penghuni kamp di masa silam. Sebab, kamp ini masih menyisakan spot Sekolahan, Lahan Pertanian, Workshop, hingga Hall Pertemuan.
“Komposisi destinasi di sini sangat lengkap. Seluruhnya masih terawat baik. Beberapa bagunannya utuh, bahkan dipugar seperti Boat People,” tutup Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani.(****)