Janji Tak Realistis Muhammad-Saraswati: Bangun Lapangan Sepakbola Tiap Kelurahan di Tangsel

TANGERANG SELATAN – Janji sangat tidak realistis dilontarkan Calon Walikota/Calon Wakil Walikota Muhammad-Rahayu Saraswati. Pada pemaparan visi-misi Debat Publik Calon Walikota/Wakil Walikota Tangerang Selatan (Tangsel), Minggu (22/11), Muhamad-Saraswati justru janjikan 1 lapangan sepakbola di tiap kelurahan. Pola pikir anomali di tengah beragam belitan problem di Tangsel.

Di tengah banyaknya problem dan tekanan yang harus dihadapi Tangsel di masa mendatang, lapangan sepakbola di tiap kelurahan justru menjadi prioritas pembangunan Muhamad-Saraswati. Artinya, tiap kelurahan harus memenuhi syarat dasar yaitu ketersediaan lahan. Lalu, apa jadinya kalau lahan tersebut tidak tersedia? Padahal, Tangsel butuh stabilitas di sektor ekonomi, pendidikan, kesehatan, keamanan, atau juga sosial.

Sontak saja program Muhamad-Saraswati mendapat sorotan dari tim penyusun materi debat. Untuk tim penyusun materi terdiri dari Anggota Ombudsman RI Adrianus Eliasta Meliala, Wakil Rektor I Universitas Muhammadiyah Jakarta Endang Sulastri, Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia Komaruddin Hidayat, Dosen Universitas Padjajaran Eka Purna Yudha, dan seniman dan budayawan Radhar Panca Dahana.

Pendalaman yang dilakukan tim penyusun materi debat adalah, bagaimana Muhamad-Saraswati bisa merealisasikan program 1 lapangan sepakbola. Selain ketersediaan lahan, mereka juga menyoroti ketersediaan anggaran. Apalagi, pemerintah harus menyiapkan anggaran ekstra untuk memback up penanganan pandemi Covid-19.

Mengacu komentar netizen Senang Bola melalui media sosial, kalkulasi biaya diberikan. Menurutnya, untuk membuat 1 lapangan futsal butuh lahan 38×18 Meter atau 684 Meter Persegi. Bila ditambah infrastruktur lain dan parkir menjadi 1.000 Meter Persegi. Harga per meter persegi diasumsikan Rp1 Juta, maka dibutuhkan anggaran Rp1Miliar. Senang Bola pun menegaskan, dana tersebut bisa dialokasikan ke sektor lain.

Lebih lanjut, ketersediaan lahan juga dikritisi Jubaedah Juba yang merespon pemikiran Senang Bola. Jubaedah Juba menanyakan adanya ketersediaan lahan bila ingin membangun 1 kelurahan 1 lapangan futsal.

“Program itu artinya kesehatan masyarakat perlu dijaga. Agar anak muda bisa beraktivitas. Sepakbola adalah industri. Yang sudah ada kita perbaiki dan benahi. Kami bisa bekerjasama dengan para pengembang (untuk merealisasikan lapangan bola itu),” kata Muhammad, Minggu (22/11/2020).

Menyikapi ketersediaan lahan, Muhamad-Saraswati seolah menjilat ludah sendiri. Tidak perlu waktu lama untuk menganulir visi-misinya sendiri di dalam membangun Tangsel. Terjemahannya terkesan serampangan. “Kalau tidak ada lahan (untuk lapangan sepakbola), maka dibangun lapangan futsal. Ada uang, tapi tidak ada lahan,” kilahnya lagi.

Kesan ‘ngawur’ semakin diperlihatkan Muhamad-Saraswati. Meski dijanjikan sebagai media pembuat kebugaran masyarakat, tapi peruntukannya berbelok. Di tengah masa New Normal, lapangan tersebut juga diarahkan untuk kegiatan resepsi pernikahan. “Lapangan sepakbola ini nantinya bisa juga untuk hajatan,” jelas Muhamad lagi.

Setali tiga uang, penegasan absurd juga diberikan Saraswati. Jawabannya pun mengesankan dangkalnya pemahaman Saraswati sebagai pengambil kebijakan. Baginya, lapangan sepakbola yang akan dibangun sebagai upaya melawan berbagai virus di masa mendatang. “Promotif dan preventif juga sangat dibutuhkan untuk melawan virus. Daya tahan tubuh harus ditingkatkan dan ini salah satu upaya kami,” kata dia.(*)

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You may use these HTML tags and attributes:

<a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>