Emanuel Macron, Joe Biden, dan Indonesia

Oleh S.Habib Democracy watch

Jakarta – Situasi Indonesia tidak bisa jauh dari pembahasan dan hubungan internasional. Bahkan, persoalan dalam negeri negara lain pun di-cekoki oleh pemerhati politik bangsa. Bukan Indonesia, kalau tidak mengikuti politik internasional.

Indonesia dengan konsep politik luar negeri yang bebas aktif menyesuaikan kebijakan hubungan internasional dengan dinamika lokal, nasional, dan internasional.

Hal ini sudah disampaikan oleh Andriana Elisabet (2016) dengan buku Kebijakan Luar Negeri Indonesia 2015-2025. Namun, prinsip politik luar negeri Indonesia itu tergantung situasi dan kondisi. Bisa saja Indonesia proaktif tapi bisa menyesuaikan, menerima yang juga menurut kebutuhan serta kepentingan kebijakan pemeirntah Indonesia.

Memarahi Prancis Secara berurutan, Presiden Prancis Emanuel Macron masuk dalam pembahasan pertama. Pemimpin muda ini terpaksa menghadapi kritik dunia akibat pernyataannya. Pidato berujung demontrasi internasional. Bahkan, ancaman boikot produk prancis mendunia.

Bukan tidak mungkin, Macron harus belajar dari pidatonya. Kekuatan militer Prancis hanya untuk perang. Tapi pertempuran sebenarnya adalah perang ekonomi. Suatu perang yang tidak bisa menggunakan senjata pembunuh massa. Tetapi, perang ekonomi bisa membuat peluh (keringat) Macron memandikan dirinya.

Pernyataan yang menyinggung umat Islam sudah pasti mendapatkan respon perlawanan. Oleh karena itu, pidato politik harus hati-hati. Karena itu juga, seseorang biasa yang di tugaskan oleh negara untuk menulis pidato kenegaraan sang presiden. Tujuannya adalah menjaga mulut presiden, agar si pemimpin tidak keceplosan. Tentunya sekali kata keluar, menjilat tentu bukan pilihan dari etika politik.

Bagaikan membangunkan singa yang tidur, Prancis tidak memahami kekuatan politik dan rasa persaudaraan umat Islam internasional. Bukan hanya negara-negara arab, Indonesia memperlihatkan ketegasan sikap politiknya. Presiden jokowi terlihat jelas dalam sikap terhadap apa yang dilakukan oleh presiden Prancis. Keberanian Pemerintah Indonesia jelas memang sebagai sebuah gambaran dengan penduduk Muslim terbesar tentu langkah-langkah Indonesia dinantikan oleh komunitas Islam Internasional.

Menyambut Biden

Tokoh kedua adalah Joe Biden, sang pemenang. Pemimpin negara besar dan super power. Biden mengalahkan Donald Trump dalam pemilihan Presiden Amerika Serikat. Tidak perlu terkejut. Setidaknya kemenangan Biden sudah banyak di prediksikan orang dikarenakan masalah yang hampir sama seperti di Prancis. Donald Trump dengan penampilan yang esentrik banyak menyita perhatian dunia, di tambah dengan ujaran-ujaran rasil yang kadang-kadang keluar dari mulutnya, Mulut mu harimau mu seperti itulah sebuah pepatah mengatakan.

Sebagai contoh ketika terjadi kematian seorang kulit hitam akibat brutalisme oknum kepolisian. Bukannya mendapat empati Trump. Si mulut besar malah membuat onar jagat public dengan sikap yang tidak elok. Akhirnya, demontrasi besar-besaran pun meledak di AS hingga menembus gedung putih. Luar biasa, Aksi massa yang terjadi di AS mengajarkan kita bagaimana mengevaluasi kepemimpinan presiden.

Aksi masya yang terjadi di Amerika Serikat adalah sebuah bentuk kekecewaan masyarakat Amerika terhadap aksi brutalisme aparat kepolisian. Respon Donald Trump pun berakibat panjang. Dengan tambahan bumbu kegagalan kebijakan pemerintah dalam penanganan Covid -19. Akhirnya Joe Biden cukup menyampaikan perbaikan arah bangsa Amerika tanpa perlu mengatakan ‘mengembalikan kejayaan Amerika’ dan melenggang menuju Kursi Presiden.

Joe Biden sontak membuka arah baru dan harapan baru bagi politik Internasional. Pola hubungan dan komunikasi internasional tentu berubah. Setidaknya, nakhoda baru ini juga akan berdampak pada Indonesia. Meskipun hubungan Indonesia dan Amerika banyak mengalami pasang surutnya, namun kita patut tunggu kedepan hubungan Amerika dengan Indonesia akan seperti apa ?.

Dari media social resmi Presiden Jokowi, ucapan selamat dan menanti kerja sama antar dua negara sebagai langkah cepat. Bagaikan pelari professional, kuda-kuda lari untuk memajukan perekonomian Indonesia dimulai dari bapak bangsa sendiri. Politik ekonomi Jokowi memang mampu melihat celah dan peluang. Dukungan semua prajurit pemajuan investasi sudah siap dengan peraturan dan teknis yang lebih mudah.

Selain itu, hubungan Obama sang democrat pendahulu Biden memiliki hubungan erat. Dengan cara pandang mengimbangi dua kekuatan ekonomi dunia, Cina dan Amerika, Jokowi bagaikan peramal yang memudahkan dunia usaha. Pola kebijakan ekonomi Indonesia juga tidak sentralistik ke satu negara. Kerja sama pembangunan dan program ekonomi bisa disesuaikan. Semua itu demi kesejahteraan masyarakat dan membalikkan keadaan akibat resisi masa pandemi global.

Agenda Tersembunyi

Dalam sejarah perang, politik militer Tsun Zu memiliki pengaruh besar untuk dunia. Tidak sedikit cara politik dari Cina ini dipakai dalam situasi selain politik. Bayangkan saja, cara perang tradisional adalah bertempur secara langsung, tatap muka, adu fisik. Tetapi, kekuatan terhebat adalah menyiapkan rencana perang tanpa diketahui musuh.

Pandangan ekonomi Jokowi juga sama. Tidak perlu memperlihatkan niat baik kepada banyak orang. Karena pesan Saidina Ali Bin Abi Thalib sangat jelas, “tidak perlu menyampaikan kebaikan kepada musuhmu, karena mereka tidak akan percaya”.

Masyarakat yang sudah bosan dengan politik nasional akibat Pemilu, Pilpres, dan Pilkada disibukkan dengan kondisi social ekonomi selama pandemi. Disaat itu, tim ekonomi Jokowi menyiapkan aturan yang memudahkan roda investasi dan berusaha untuk mendukung perekonomian bangsa.
Sisi lain, tim ekonomi Jokowi dari priode yang lalu hingga sekarang, sangat pragmatis. Namun banyak orang melihatnya selama ini poros Tingkok dianggap dominan. Tetapi kami melihatnya itu sisi pragmatis pemerintah jokowi dalam melakukan pendekatanya. Dengan kehadiran Joe Biden diharapkan mampu memerankan posisinya di kawasan Asia Pasifik, sehingga membuka ruang baru untuk menyeimbangkan blok Tiongkok dan Amerika.

Target Jokowi jelas, adalah fokus untuk memperkuat negara dan bangsa. Disaat semua pihak sibuk mengkritik kebijakannya, Presiden Indonesia sudah memulai langkah-langkah pendahuluan untuk menuju negara maju. Dibutuhkan pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang baik untuk dapat bersaing kedepannya.

Terakhir, Jika masih ada yang meragukan kepemimpinan Jokowi. Jangan malu untuk mengakui, bahwa Jokowi adalah pemimpin rakyat yang mampu melihat kebutuhan rakyat, mampu melihat dan mengelaborasi berbagai kepentingan.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You may use these HTML tags and attributes:

<a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>