JAKARTA – Bimbingan Teknis (Bimtek) Pengembangan Homestay dan Desa Wisata yang gelar Kementerian Pariwisata, turut mengangkat potensi Desa Wisata Nagasaribu. Desa ini dikenal sebagai penghasil Sumatra Lintong Coffee.
Potensi Desa Nagasaribu diperkenalkan dalam hari ke-2 Bimtek. Tepatnya di Desa Nagasaribu, Lintongnihuta, Sabtu (18/5), 09.00-11.00 WIB. Desa Nagasaribu adalah produsen kopi jenis Arabika, khususnya kopi Luwak. Kopi dari desa ini sudah dipasarkan hingga mancanegara. Nagasaribu juga kerap didatangi oleh wisman dari berbagai negara. Mereka belajar budidaya, pengolahan, hingga strategi pemasaran kopi.
“Potensi pariwisata Desa Nagasaribu menjanjikan. Desa Wisata ini memiliki keunggulan berupa kopi. Pangsa pasarnya luas. Dan, kopi memang layak dijual kepada wisatawan. Sebab, kopi di sini mampu menghadirkan banyak wisman. Untuk amenitas, masyarakat juga menyediakan homestay,” kata Kepala Dinas Pariwisata Humbang Hasundutan, Hotmaida Butar Butar, Sabtu (18/5).
Produk Sumatra Lintong Coffee sepenuhnya ditangani masyarakat yang berkolaborasi dengan koperasi. Total ada 30 petani kopi di sana. Setiap bulan, Sumatra Lintong Coffee menghasilkan 500 Kilogram kopi. 10% diantaranya dialirkan ke pasar mancanegara. Yaitu Inggris, Spanyol, Italia, Prancis, Amerika Serikat, dan Kanada.
“Kopi daya tarik utama, tapi di sini ada banyak potensi lainnya. Wilayah tersebut ideal dikembangkan wisata air. Ada banyak danau buatan. Sekarang yang diperlukan itu penguatan promosinya. Tujuannya, agar wisatawan yang datang banyak. Kami semua sudah berkomitmen. Kami juga berharap ada Bimtek lanjutan,” ujar Camat Lintongnihuta Jara Trisepto Lumbantoruan.
Pasar mancanegara berhasil disentuh kopi asal Nagasaribu melalui penjualan online. Sebab, Sumatera Lintong Coffee menghiasi amazon.com. Adapun untuk penjualan domestik mengandalkan 3 Tokopedia, Bukalapak, dan Lazada. Juga media sosial Instagram dan Facebook di sumateralintongcoffeearabica.
“Kopi memang menjadi kekuatan Nagasaribu. Menariknya semuanya dilakukan di sana, dari penanaman, pengolahan, dan pengemasannya. Sumatera Lintong Coffee ini semakin menegaskan status Indonesia sebagai penghasil kopi terbaik di dunia,” ungkap Deputi Pengembangan Destinasi Pariwisata Kemenpar Dadang Rizki Ratman.
Mengandalkan kekuatan lokal, ada 4 varian Sumatera Lintong Coffee yang ditawarkan. Untuk Premium ditampilkan melalui Wild Kopi Luwak. Karakternya tidak pahit, memiliki intensitas aromatik, keasaman rendah, dan memiliki rasa herbal. Kopi ini hanya dipasarkan di mancanegara. Varian lainnya, Grade 1 dengan karakter full-bodied, earthy, smooth chocolaty, herbal, dan flavor profile.
Varian lain adalah Kopi Bubuk Arabika Murni. Produk ini masuk Grade 2 Special. Bagi penggemar Kopi Luwak dalam negeri, Sumatera Lintong Coffee menyediakan varian khusus. Ada Wild Luwak yang kaya rasa dengan bentuk 100% bubuk. Karakternya identik tidak pahit, memiliki intensitas aromatik, dan rasa herbal. Dadang menambahkan, kenikmatan kopi ini menarik banyak kunjungan wisatawan.
“Menjadi penghasil kopi nikmat, Desa Nagasaribu sering dikunjungi wisman. Mereka banyak belajar mulai dari bahan mentah, pengolahan, hingga distribusinya. Hal ini semakin bagus bila didukung oleh atraksi lainnya. Sebab, ada sisi lain yang dikembangkan dari Desa Nagasaribu,” kata Dadang lagi.
Desa Wisata Nagasaribu sendiri mulai menjadi tujuan wisatawan mancanegara. Jumlahnya sudah mencapai 300 orang. Mereka berasal dari Russia, Ceko, Jerman, Filipina, Korea Selatan, juga Amerika Serikat.
Desa tersebut juga sempat dikunjungi 18 mahasiswa Princeton University, Amerika. Berkunjung Agutus 2018, mereka mengamati aktivitas penanaman, pengolahan, hingga pemasarannya.
“Kopi produk yang bagus. Tapi, ke depannya harus ada logo halalnya. Agar hasilya maksimal perlu lagi treatment khusus. Selain kopi, potensi Nagasaribu juga akan terus digali. Konsep perencanaan bagi desa ini akan secepatnya dibuat,” jelas Asisten Deputi Pengembangan Destinasi Regional I Kemenpar Lokot Ahmad Enda.
Mendukung akselerasinya, dukungan riil pun diberikan Kemenpar. Nagasaribu mendapat dukungan 20 paket untuk homestay. Setiap paketnya terdiri dari 1 springbed, 2 bantal, 2 guling, 1 sprey, 1 bed cover, hingga 1 buku tamu. Desa Nagasaribu saat ini memiliki sekitar 20 homestay.
Menteri Pariwisata Arief Yahya menegaskan, kopi menjadi komoditi yang luar biasa.
“Bimtek memungkinkan Desa Nagasaribu mengoptimalkan potensinya. Dukungan yang diberikan Kemenpar membuat aktivitas pariwisata semakin bagus di sana. Selain kopi, akan ada produk unggulan lain yang muncul. Dengan begitu, pergerakan wisatawan makin positif. Impactnya pada perekonomian masyarakat semakin bagus,” tutup Menpar. (*)