BAGANSIAPIAPI – Sukses besar diraih Ritual Bakar Tongkang Kota Bagansiapiapi, Rokan Hilir (Rohil) Provinsi Riau. Tercatat, hampir 76 ribu wisatawan membanjiri prosesi Bakar Tongkang, Rabu (19/6). Semua begitu antusias. Bahkan berebut untuk memberikan yang terbaik bagi ritual itu.
Hal ini membuat Menteri Pariwisata Arief Yahya sumringah. Mantan Dirut Telkom itu mengatakan, Ritual Bakar Tongkang merupakan salah satu contoh suksesnya ritual budaya yang dimiliki Indonesia.
“Ritual Bakar Tongkang itu unik. Menjadi satu-satunya ritual yang ada di dunia. Seperti Festival Cap Go Meh Singkawan, festival ini selalu mampu menarik wisatawan untuk datang. Begitu juga beragam atraksi pendukung yang disiapkan pemerintah Rohil. Semua membuat Festival Bakar Tongkang makin luar biasa,” ujar Menpar Arief Yahya, Rabu (19/6).
Membludaknya wisatawan ini mengubah Kota Bagansiapiapi. Hampir seluruh jalan utama di Kota Bagansiapiapi dipenuhi manusia bahkan jauh-jauh hari sebelum prosesi dimulai.
Bau dupa-dupa mulai tercium sejak aktivitas sembahyang dan malam persiapan Bakar Tongkang. Perlengkapan ornamen-ornamen Tionghoa yang di gunakan dengan sangat detail dipersiapkan.
Begitu juga replika perahu yang akan dibakar. Semua disiapkan sebagus mungkin. Hiasan-hiasan angpau yang bercorak keemasan serta merah tersusun rapi di dekat tongkang. Seluruhnya disiapkan tanpa ada satu pun yang kurang sebagai syarat wajib prosesi Bakar Tongkang.
“Keramaian terjadi bahkan dalam seminggu terakhir. Kota tersebut berubah layaknya Kota Taiwan. Bukan karena bangunannya, namun karena banyaknya wisawatan Tionghoa membanjiri setiap sudut kota Bagansiapiapi yang mencapai 75 ribu lebih orang,” kata Menpar Arief.
Menjelang siang, puluhan ribu orang bergerak menuju tempat pembakaran di jalan perniagaan kota Bagansiapiapi. Warga dijalur arak-arakan pun serta merta menyambut arak-arakan. Tanpa segan mereka menyediakan minuman serta makanan gratis bagi para peserta.
Ketika kapal dibakar, peserta begitu antusia untuk melihat arah tiang tongkang itu jatuh. Momen itu merupakan puncak acara Festival Bakar Tongkang.
Pada event Bakar Tongkang kali ini, replika tiang layar tongkang yang dibakar jatuh ke arah laut. Menurut kepercayaan warga Tionghoa Bagansiapiapi, arah jatuhnya tiang menunjukkan keselamatan dan peruntungan usaha. Dimana peruntungan tahun ini berada di laut berdasarkan jatuhnya tiang.
Asdep Pengembangan Pemasaran I Regional I Kemenpar Dessy Ruhati, menunjukkan kegembiraannya. Berduyun-duyunnya wisatawan datang jelas menjadi berkah tersendiri bagi kota Bagansiapiapi.
“Perputaran uang selama Bakar Tongkang sangat besar. Hotel-hotel penuh. Pedagang kuliner, pedagang perlengkapan berdoa hingga para penarik becak semua kebanjiran rejeki. Ini tentunya menjadi tujuan utama dari pariwisata. Yaitu mensejahterakan masyarakat,” ungkapnya.
Menurut Dessy, sudah sepatutnya saat ini pemerintah daerah berbenah menjadikan pariwisata sebagai core ekonomi. Pasalnya Bagansiapiapi telah memiliki modal kuat untuk mendulang wisatawan.
“Potensi wisatanya besar dengan berbagai destinasi sejarahnya. Atraksinya sudah punya Festival Bakar Tongkang yang mendunia. Tinggal terus mendorong akses, amenitasnya agar amakin mumpuni. Saya yakin pariwisata Bagansiapiapi bisa lebih banyak meraup wisatawan,” ucapnya.
Ketua Pelaksana Top 100 Calender of Event (CoE) Wonderful Indonesia Kementerian Pariwisata Esthy Reko Astuty yang hadir pada perhelatan itu juga tampak begitu bahagia. Terlebih melihat begitu antusiasnya wisatawan mengikuti prosesi Bakar Tongkang. Menurutnya, ini merupakan salah satu alasan Bakar Tongkang masuk dalam Top 100 Calender of Event Wonderful Indonesia Kementerian Pariwisata.
“Luar biasa. Performa positif terus ditunjukkan Bakar Tongkang. Wisatawan selalu membludak pada setiap perhelatannya. Tahun lalu event ini mampu menyedot 69 ribu wisatawan. Tahun ini menurut Bupati Rohil Suyatno, telah masuk lebih dari 75 ribu wisatawan,” ujar Esthy.
Wanita berkerudung itu juga menyoroti perkembangan amenitas serta aksesibilitas di Riau. Menurutnya ini merupakan “pekerjaan rumah” yang harus segera diselesaikan oleh seluruh stakeholder terkait. Sehingga amenitas serta aksesibilitas Riau semakin mumpuni.
“Kekurangan memang terletak di aksebilitas. Cukup jauh, butuh extra effort menuju Bagansiapiapi dari Pekanbaru atau Dumai. Begitu juga dengan amenitas. Dengan membludaknya wisatawan tentunya juga harus diperhatikan. Karena itu juga merupakan salah satu aspek penting untuk kenyamanan wisatawan,” pungkasnya.(****)