MAGELANG – Danau Xi Hu di China boleh ngetop dengan legenda ular putihnya. Tapi Candi Borobudur, Candi Pawon dan Candi Mendut, juga tak kalah asyik. Tiga candi itu berdiri dalam garis miring ke arah timur laut. Arahnya sama dengan tiga bintang di rasi Orion yang dinamai Alnitak-Alnilam-Mintaka.
Lantas adakah keterkaitan tiga candi tadi dengan rasi bintang Orion? Kenapa ketiga candi tadi bisa berdiri dalam garis miring yang sama dengan rasi Orion?
“Ini yang membuat Candi Borobudur, Candi Mendut dan Candi Pawon istimewa. Zaman dulu kan belum ada teleskop. Belum ada Arkeoastronomi. Tapi pembangunan candi tadi sudah mengikuti ilmu astronomi,” terang Lui Buana, asisten pengajar UGM, Jumat (9/8). Lui mengatakan itu di Candi Mendut saat Bimtek Penguatan Story’ Telling Pada Paket Wisata di Kawasan Candi Borobudur.
Ada pencerahan baru. Peluang membuka peluang penjualan paket wisata baru. Maklum, semua cerita tadi belum digarap maksimal seperti legenda ular putih Danau Xi Hu di China.
Keistimewaannya pun sangat tinggi. Sangat oke. “Kalau ceritanya dibungkus dengan rapi, pasti banyak yang ingin ke sini. Pasti banyak yang penasaran. Kok bisa ya posisi Borobudur, Mendut dan Pawon sejajar dengan rasi bintang Orion? Dulu lihatnya pakai apa? Yang penasaran dan ingin tahu, ya bisa datang cari tahu jawabannya,” timpal Asdep Pengembangan Wisata Budaya Kemenpar Oneng Setya Harini.
Ceritanya akan dibuat sama. Packagingnya dibuat menarik. Endingnya, menghasilkan paaket perjalanan wisata baru yang menyejahterakan masyarakat.
Yang bisa digali sangat banyak. Peluang bisnisnya juga bisa sangat luas. Maklum, rasi bintang Orion identik dengan mitologi Yunani dan Romawi. ketiga bintang itu menggambarkan seorang pemburu. Lantas apa hubungan Yunani dan Romawi dengan Tanah Jawa?
“Ini juga menarik. Dalam khazanah Nusantara, ketiga bintang itu terletak pada sambungan antara bajak dan pegangan bajak pada lintang luku atau waluku yang digambarkan sebagai bajak sawah. Nanti kami siapkan semua ceritanya dengan kemasan menarik,” ujar Ketua Tim Percepatan Pengembangan Wisata Sejarah, Religi, Tradisi dan Seni Budaya Kemenpar, Tendi Nuralam.
Menpar Arief Yahya langsung melayangkan emoji tiga jempol kepada tim Pengembangan Wisata Budaya, TPP Wisata Sejarah Religi Tradisi Seni dan Budaya serta UGM. Baginya, menghidupkan narasi Borobudur, Mendut dan Pawon merupakan hal penting dalam proses perkembangan pariwisata di Indonesia.
“Narasi yang berlimpah di Borobudur, Mendut dan Pawon perlu untuk dihamparkan kembali melalui cerita yang dikelola untuk memaksimalkan pengalaman wisatawan. Apalagi narasinya edukatif, menghibur, sarat nilai dan mampu mentransfer emosi pendengarnya dengan kemasan legenda,” jelas Menpar Arief Yahya.
Dari kisah yang terus hidup dan berlanjut, lanjut Menpar, muncullah cerita yang memantik setiap pengunjung secara personal untuk menjadi seorang pencerita kepada seseorang lainnya.
“Dengan sendirinya akan menjadi sebuah pelestarian warisan pengetahuan yang terus berkembang dan meluas secara kontekstual. Ini sekaligus meningkatkan pengalaman para wisatawan dalam berinteraksi dengan destinasi yang dipilihnya,” pungkas mantan Dirut Telkom itu.